72 Ribu Sekolah Terdampak Bencana 15 Tahun Terakhir, Mulai Gempa hingga Tsunami

ADVERTISEMENT

72 Ribu Sekolah Terdampak Bencana 15 Tahun Terakhir, Mulai Gempa hingga Tsunami

Cicin Yulianti - detikEdu
Minggu, 27 Apr 2025 14:00 WIB
Seorang guru membersihkan bekas lumpur di ruang kelas pascabanjir di SDN 024 Samarinda Utara, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (2/2/2025). Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kaltim, banjir di kawasan perumahan Bengkuring yang disebabkan intensitas hujan tinggi hingga luapan air dari Bendungan Benanga di Lempake hampir 90 persen sudah surut. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
Aksi Bersih-bersih Sekolah Pascabanjir di Samarinda Utara. Foto: ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT
Jakarta -

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat lebih dari 2.500 sekolah di Tanah Air terdampak bencana setiap tahunnya selama lima tahun terakhir.

"Dan tercatat lebih dari 2.500 sekolah setiap tahun dilaporkan terdampak bencana dalam kurun waktu lima tahun terakhir," Direktur Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Kemendikdasmen, Saryadi dalam keterangan resminya Minggu (27/4).

Ia menjabarkan 15.000 satuan pendidikan dan 12 juta siswa mengalami dampak berbagai bencana selama 15 tahun ini. Dengan demikian, hasil pemetaan Kemendikdasmen dan BNBP menyimpulkan sebagian besar sekolah berada di zona rawan bencana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lebih dari 400 ribu sekolah berada di daerah rawan gempa bumi, 200 ribu sekolah rawan bencana banjir, 49 ribu sekolah di rawan bencana tanah longsor, 8 ribu sekolah berada di daerah rawan tsunami, 8 ribu di kawasan bencana letusan gunung api, 17 ribu sekolah berada pada rawan banjir bandang dan 50 ribu sekolah berada di rawan bencana asap dan karhutla," tambah Saryadi.

3 Tantangan Penanggulangan Bencana di Zona Sekolah

Suryadi juga memaparkan potensi bencana yang dialami setiap sekolah. Lebih dari 57 persen sekolah berpotensi mengalami lebih dari dua ancaman bencana berkategori tinggi.

ADVERTISEMENT

"Lebih dari 25 juta siswa dan 1,5 juta guru berada di sekolah dengan ancaman bencana kategori sedang hingga tinggi," tambah Saryadi.

Berdasarkan valuasi dari Kemendikdasmen, ada tiga tantangan utama dalam menanggulangi bencana di sekolah rawan bencana. Tantangan pertama adalah belum meratanya ketahanan struktur bangunan.

Tantangan kedua adalah tata kelola risiko di sekolah masih lemah. Hal ini masih terjadi baik dalam segi pengawasan, perencanaan serta koordinasi saat keadaan darurat.

Tantangan ketiga adalah kemampuan mitigasi dan siap siaga bencana warga sekolah masih rendah, baik dalam edukasi hingga evakuasi.

"Ini termasuk di dalamnya edukasi kebencanaan, prosedur evakuasi dan kepemimpinan saat darurat," tambah Saryadi.

Pembentukan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB)

Dalam menangani potensi tersebut, Kemendikdasmen dan BNPB mencanangkan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Lewat SPAB, ada lima cara yang dirumuskan.

Cara-cara tersebut mulai dari revitalisasi sarana dan prasarana, penguatan iklim sekolah yang adaptif terhadap risiko, integrasi literasi kebencanaan dalam kurikulum dan pembelajaran, simulasi dan event tematik pembelajaran hidup nyata dan peningkatan kapasitas guru dengan memasukan materi kesiapsiagaan dalam pendidikan profesi guru, serta pelatihan guru sejak awal.

Implementasi SPAB juga sudah digalakkan lewat simulasi yang digelar BNPB di beberapa sekolah. Di Hari Kesiapsiagaan Bencana (26/4/2025), BNPB dan Kemendikdasmen mengajak 7.000 sekolah menggelar simulasi tersebut.




(cyu/nah)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads