Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) menjadi 'pengawas' ujian masuk kampus di Cina. Sejumlah provinsi di Cina telah menggunakan AI untuk memantau ujian masuk perguruan tinggi nasional, atau gaokao.
Penggunaan AI dilakukan untuk mengawasi selama ujian. AI diminta menindak kecurangan dan pelanggaran lainnya. Gaokao sendiri adalah ujian masuk universitas yang 'menakutkan' di Cina. Bahkan, menurut laporan CNN, dunia telah melabeli gaokao sebagai ujian masuk kampus tersulit.
Gaokoao mengujikan materi yang dipelajari oleh siswa selama 12 tahun sekolah. Tahun ini, sebanyak 13 juta siswa akan ikut serta dalam gaokao.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gaokao dianggap sebagai ujian paling penting yang dapat menentukan masa depan generasi muda. Persaingan masih ketat untuk dapat diterima di universitas-universitas terkemuka di negara tersebut dan pihak berwenang mengambil langkah ekstra untuk mencegah kecurangan.
"[Kita harus] secara aktif mempromosikan pemeriksaan cerdas secara real-time di ruang ujian dan ruang rahasia, untuk lebih memperkuat sistem teknologi tinggi yang mencegah kecurangan," kata kementerian dilansir dari South China Morning Post dikutip Minggu (9/6/2024).
Kecurangan Gaokao
Gaokao berlangsung antara 75 dan 150 menit. Dengan setiap ruang ujian biasanya memiliki dua pengawas, atau pengawas, untuk memantau 30 kandidat, sesuai dengan peraturan pemerintah provinsi.
Meskipun pemeriksaan keamanan dan pengawasan online telah dilakukan di lokasi ujian sejak tahun 2013, masih terdapat kasus kecurangan.
Pada 2021, seorang kandidat mengunggah foto soal matematika ke aplikasi pencarian selama masa ujian.
Pengawasan Gaokao Pernah Gunakan Drone
Penyelenggara telah mengadopsi berbagai teknologi dalam mencegah kecurangan. Salah satunya menggunakan drone untuk mendeteksi aktivitas kecurangan pada tahun 2015.
Bahkan sejak tahun 2016, kecurangan dalam gaokao dapat dianggap sebagai tindak pidana.
Pakai AI di 386 Lokasi
Menurut Harian Resmi Guangdong, provinsi tersebut telah menerapkan AI di 386 lokasi pemeriksaan untuk mendeteksi kecurangan, plagiarisme, dan perilaku abnormal lainnya melalui data gambar dan video.
Jika kelainan terdeteksi, sistem segera memicu alarm yang memperingatkan supervisor untuk mengambil tindakan.
Namun sistem AI tidak sepenuhnya menggantikan manusia. Informasi peringatan yang diberikan oleh AI akan diverifikasi secara manual, dan petugas pemeriksa akan menjadi pengambil keputusan akhir jika terjadi perselisihan.
(nir/faz)