Akademisi Bicara Peran Penting Perempuan dalam Perkembangan Teknologi AI

ADVERTISEMENT

Akademisi Bicara Peran Penting Perempuan dalam Perkembangan Teknologi AI

Inkana Putri - detikEdu
Selasa, 22 Apr 2025 16:33 WIB
Monash University
Foto: Dok. Monash University
Jakarta -

Teknologi telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi pun semakin pesat. Hal ini terlihat dari munculnya teknologi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI).

Namun, kehadiran teknologi AI tentunya harus diiringi dengan hadirnya sumber daya manusia yang adaptif dan inovatif, termasuk peran perempuan. Sayangnya, hingga saat ini, bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) masih didominasi oleh laki-laki.

Seorang peneliti dan akademisi di bidang AI dan pemrosesan bahasa alami (Natural Language Processing/NLP) dari Monash University, Indonesia, Dr. Derry Wijaya, mengatakan United Nations Development Programme (UNDP) mencatat perempuan hanya mengisi 28 persen dari tenaga kerja STEM dan 22 persen dari profesional AI.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dan kalau di Indonesia (masih) sekitar 21%, khusus di bidang AI. Dan tadi yang seperti saya bilang di reportnya UNDP itu memang entry level aja. Jadi bukan yang boss atau manajer level ke atas," ujar Dr. Derry kepada detikcom belum lama ini.

Padahal, Dr. Derry menegaskan representasi perempuan di bidang AI sangat dibutuhkan. Pasalnya, AI bukan teknologi netral sehingga sistem yang dibangun tanpa keberagaman data atau peran perempuan dalam tim pengembang bisa menciptakan bias gender.

ADVERTISEMENT

"Misalnya chatbot health for women yang bikin cowok semua, nggak ada perspektif perempuan di situ, nggak ngerti dia (AI-read). Karena kalau perempuan terkadang ngomongnya pakai kiasan. Kita nggak bilang period, kita bilangnya datang bulan," papar Dosen Monash University, Indonesia ini.

"Jadi perspektif perempuan memang sangat penting. Karena kalau nggak, akhirnya muncul teknologi-teknologi, aplikasi-aplikasi, AI yang akhirnya nggak terpakai karena nggak paham dengan apa yang dimaksudkan perspektif perempuan. Terus satu lagi, bahkan ada bias," lanjutnya.

Manfaat Teknologi AI bagi Pemberdayaan Perempuan

Kehadiran teknologi AI tentunya memberi manfaat bagi berbagai kehidupan manusia, termasuk perempuan. Meski demikian, dia menilai kegunaan AI bagi pemberdayaan perempuan masih dalam tahap awal.

"Excitement terhadap AI ini masih awal-awal ya, kayak ChatGPT juga baru tahun lalu. Tapi untuk khusus yang perempuan, pemberdayaan sebenarnya banyak, seperti untuk bidang kesehatan dan UMKM," paparnya.

"Kemudian, cara untuk mengelola keuangan di rumah tangga. Misalnya penghasilan segini, suami butuh seragam buat kerja, anak butuh sepatu buat sekolah, bagaimana cara mengelolanya. Hal se-simple itu sebenarnya bisa dibantu oleh AI," lanjutnya.

Meski demikian, Dr. Derry mengatakan kegunaan AI dalam pemberdayaan perempuan masih perlu didukung oleh pemerintah.

"Tapi untuk pemberdayaan perempuan masih perlu didorong lagi. Masih banyak yang bisa dilakukan tapi belum banyak," urainya.

Hadirkan Chatbot untuk Perempuan

Sebagai salah satu seorang peneliti perempuan di bidang teknologi, Dr. Derry juga turut mendukung kehadiran produk digital yang inklusif terhadap perempuan. Saat ini, Dr. Derry bersama tim tengah mengembangkan sistem chatbot khusus untuk perempuan.

Adapun chatbot ini nantinya dapat membantu perempuan-perempuan di Indonesia untuk dapat bertanya terkait berbagai hal mulai dari kesehatan, potensi kekerasan dalam rumah tangga hingga penganiayaan.

"Kita lagi membuat sistem chatbot, dimana perempuan bisa bertanya-tanya tentang seksual dan reproductive health mereka, in a safe space, dan mendapatkan informasi yang akurat, dan nggak di-judge atau nggak bias," paparnya.

"(Melalui chatbot ini), kita bisa membantu perempuan-perempuan untuk bisa tanya, 'apa yang terjadi sama aku ini normal nggak sih'. 'Apakah ini natural, boleh atau nggak gitu dilakukan pasangan ke saya'. Kan kadang perempuan nggak tahu. Kalau mau nanya ke teman juga nggak enak," lanjutnya.

Di samping itu, Dr. Derry mengatakan pihaknya juga berencana komunitas atau organisasi yang melibatkan perempuan agar dapat lebih terlibat di dalam dunia teknologi, termasuk AI.

"Kalau di (komunitas) bidang AI sendiri belum ada sih. Kita di Monash University baru mau bikin. Jadi di IT faculty kita ada tiga perempuan dan kita berencana membuat workshop Women in AI karena di luar negeri sendiri sudah banyak workshop seperti itu," paparnya.

"Jadi waktu saya di Amerika, saya involved di AI for All, di mana kita ajak anak-anak high school untuk belajar soal AI. Terus anak-anak S1 kita juga mentorin buat research. Nah kita mau bikin yang kayak gitu di sini gitu," pungkasnya.

Sebagai bagian dari kontribusi bagi Indonesia, Monash menggelar Open Day yang akan diselenggarakan pada Sabtu, 3 Mei 2025 di kampus Green Office Park 9, BSD City, Tangerang Selatan. Open Day ini mendukung upaya dengan menawarkan program pascasarjana dan doktoral di bidang Data Science dan Cyber Security. Program-program tersebut tidak hanya menjawab kebutuhan ekonomi digital, tetapi juga membuka peluang bagi perempuan untuk memimpin dan membentuk masa depan industri teknologi.

Klik di sini untuk informasi lebih lanjut tentang komitmen Monash University, Indonesia dalam mendukung perluasan peran aktif perempuan di sektor STEM dan berbagai disiplin ilmu lainnya.

(akn/ega)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads