Amil zakat adalah bagian penting dalam sistem zakat yang diatur dalam Islam. Namun, sudahkah kita memahami siapa sebenarnya amil zakat dan apa peranannya dalam mengelola zakat?
Dalam Islam, zakat memiliki mekanisme pengelolaan yang diamanahkan kepada orang-orang tertentu. Di sinilah peran amil zakat menjadi krusial, memastikan bahwa zakat yang terkumpul dapat tersalurkan dengan tepat kepada yang berhak menerimanya.
Lalu, bagaimana kriteria seorang amil zakat yang sah, dan apa saja tugas serta hak yang dimilikinya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengertian Amil Zakat
Berdasarkan buku Seri Fikih Kehidupan oleh Ahmad Sarwat, amil zakat disebut dalam Al-Qur'an sebagai salah satu golongan yang berhak menerima zakat, menempati posisi ketiga setelah fakir dan miskin. Peran mereka sangat penting dalam pengelolaan dan penyaluran zakat agar sesuai dengan ketentuan syariat Islam.
Secara etimologi, kata "amil" berasal dari akar kata "amila ya'malu", yang bermakna melakukan atau mengerjakan sesuatu.
Dalam hukum zakat, amil zakat merujuk pada individu yang diberi tugas untuk mengelola zakat, termasuk menghimpun dari para muzakki (orang yang wajib membayar zakat) serta menyalurkannya kepada yang berhak menerimanya.
Syarat Menjadi Amil Zakat
Agar zakat dapat terkelola dengan baik, diperlukan amil yang memiliki kompetensi dan memenuhi syarat tertentu.
Tidak sembarang orang bisa menjadi amil zakat. Sebab, jika amil tidak memenuhi syarat, zakat bisa menjadi tidak sah dan merusak sistem yang telah ditetapkan dalam Islam. Oleh karena itu, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain:
1. Muslim
Amil zakat harus beragama Islam, karena zakat merupakan ibadah yang berkaitan langsung dengan syariat Islam.
2. Baligh dan Berakal
Seorang amil harus sudah dewasa dan memiliki akal sehat agar dapat memahami dan menjalankan tugasnya dengan baik.
3. Jujur dan Amanah
Kejujuran dan amanah sangat penting dalam mengelola zakat agar tidak terjadi penyelewengan. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Anfal ayat 27,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَخُوْنُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْٓا اَمٰنٰتِكُمْ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Arab latin: Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā takhūnullāha war-rasūla wa takhūnū amānātikum wa antum ta'lamūn(a).
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul serta janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.
4. Memahami Ilmu Fiqih Zakat
Seorang amil zakat harus memiliki pemahaman mendalam tentang fiqih zakat yang benar-benar memahami aturan dan ketentuannya. Hal ini penting karena zakat merupakan salah satu rukun Islam yang memiliki ketentuan khusus yang tidak selalu dipahami oleh semua umat Islam.
5. Kuat dan Mampu
Dalam menjalankan tugasnya, amil zakat juga membutuhkan kekuatan fisik dan mental. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al-Qashash ayat 26,
قَالَتْ اِحْدٰىهُمَا يٰٓاَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ ۖاِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْاَمِيْنُ
Arab latin: Qālat iḥdāhumā yā abatista'jirh(u), inna khaira manista'jartal-qawiyyul-amīn(u).
Artinya: Salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, "Wahai ayahku, pekerjakanlah dia. Sesungguhnya sebaik-baik orang yang engkau pekerjakan adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya."
Dengan memenuhi syarat-syarat tersebut, seorang amil zakat dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan bertanggung jawab.
Tugas Amil Zakat
Sebagai pengelola zakat, amil memiliki dua tugas utama, yaitu mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.
1. Mengumpulkan Zakat
Amil bertugas mendatangi rumah-rumah orang kaya untuk membantu mereka menghitung zakat yang harus dikeluarkan. Amil tidak hanya menunggu di sekretariat, tetapi juga aktif menjemput zakat. Jika ada orang kaya yang tidak didatangi hingga tidak membayar zakat, maka amil dapat dianggap lalai dalam tugasnya.
2. Mendistribusikan Zakat
Selain mengumpulkan zakat, amil juga bertanggung jawab dalam menyalurkannya kepada yang berhak. Mereka harus memastikan zakat benar-benar sampai kepada fakir, miskin, dan golongan lainnya yang berhak menerima. Jika zakat sampai kepada pihak yang tidak berhak akibat kelalaian amil, maka hal tersebut termasuk tindakan yang tidak amanah dan memiliki konsekuensi berat di akhirat.
Doa dalam Pembayaran Zakat
Sebagai bagian dari ibadah, pembayaran zakat dianjurkan disertai dengan doa. Dalam kitab Fiqhul Islam wa Adillatuhu karya Syaikh Wahbah Az-Zuhaili, dianjurkan bagi orang yang berzakat pada amil zakat untuk berdoa:
اللَّهُمَّ اجْعَلْهَا مَغْنَمًا وَلَا تَجْعَلْهَا مَغْرَمًا
Arab latin: Allahuma aj'alha maghnaman wa la taj'alha maghramann.
Artinya: "Ya Allah, jadikanlah zakat ini sebagai keuntungan, dan janganlah Engkau jadikan ia sebagai kerugian."
Sementara itu, amil zakat yang menerima zakat dianjurkan untuk mendoakan:
آجَرَكَ اللهُ فِيْمَا اَعْطَيْتَ، وَبَارَكَ فِيْمَا اَبْقَيْتَ وَجَعَلَهُ لَكَ طَهُوْرًا
Arab latin: Aajarokallaahu fiimaa a'thoita wabaaroka fiimaa abqoita waja'alahu laka thohuuron.
Artinya: "Semoga Allah memberikan pahala atas apa yang telah kamu berikan, memberkahi harta yang masih berada padamu, serta menjadikannya sebagai penyuci bagi dirimu."
Dengan memahami peran, tugas, serta ketentuan yang berlaku bagi amil zakat, diharapkan sistem zakat dalam Islam dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat bagi mereka yang membutuhkan.
Baca juga: 8 Golongan Orang yang Berhak Menerima Zakat |
(inf/lus)
Komentar Terbanyak
Kisah Wafatnya Nabi Sulaiman AS: Bukti Jin Tidak Mengetahui Hal Ghaib
Makanan Mengandung Babi Bersertifikat Halal Ditarik dari Peredaran
Makanan Mengandung Babi 'Berlabel Halal', BPJPH: Kami Selidiki dan Beri Sanksi