Cara Yumna, Siswa yang Diterima 7 Kampus Luar Negeri Manfaatkan Masa Sekolah

ADVERTISEMENT

Cara Yumna, Siswa yang Diterima 7 Kampus Luar Negeri Manfaatkan Masa Sekolah

Trisna Wulandari - detikEdu
Kamis, 17 Apr 2025 07:30 WIB
Yumna Afifah
Siswa SMA Pradita Dirgantara, Yumna Afifah, diterima di 7 perguruan tinggi top dunia. Ia aktif dalam kompetisi, organisasi, hingga pengabdian masyarakat. Foto: Dok Yumna Afifah
Jakarta -

Siswa SMA Pradita Dirgantara Yumna Afifah diterima di perguruan tinggi terbaik kedua dunia versi QS World University Rankings (WUR) 2025, Imperial College London untuk kuliah di bidang geologi. Ia juga memperoleh Letter of Acceptance (LoA) dari Wageningen University, Belanda; Australian National University (ANU), University of New South Wales (UNSW) Australia, Hong Kong University, serta Leeds University dan University of Sussex di Inggris.

Siswa kelas 12 angkatan 2025 ini bercerita berbagai kegiatan yang ia tekuni semasa sekolah. Kegiatan ini rupanya mengantarkan Yumna memahami minatnya, menekuninya, sampai menjadi bekal untuk kuliah dan masa depan. Apa saja?

Ikut Kompetisi

Yumna AfifahYumna di OGG 2024 FITB ITB. Foto: Dok Yumna Afifah

Yumna menuturkan, ia semula tak terpapar dunia lomba semasa SD. Masuk SMP Islam Al Azhar 8 Kemang Pratama, Bekasi, Jawa Barat, siswa kelas akselerasi tersebut menjajal Olimpiade Sains Al Azhar 2022 dan keluar sebagai peraih medali emas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nilai dan pemahaman IPS-nya yang baik membuat guru IPS Yumna mengajak ikut olimpiade geografi internasional yang digelar Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM), OLGENAS International Geolympiad 2022 tingkat SMP. Ia pun menyabet medali emas.

Olimpiade ini kembali dijajalnya di masa SMA, dengan capaian medali perak pada 2023 dan 2024.Ia juga mengikuti Olimpiade Geografi dan Geosains (OGG) Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) Institut Teknologi Bandung (ITB) bidang geografi pada 2024 dengan raihan medali perunggu.

ADVERTISEMENT

Baginya, mengikuti lomba hingga olimpiade memacu motivasi diri untuk belajar hal baru agar dapat menangkis soal yang lebih sulit dan kompleks dari biasanya. Menjalani kompetisi menurutnya juga bantu siswa untuk mengenali bidang yang diminati.

"Dari lomba-lomba itu jadi tertarik ke geologi," tuturnya.

Yumna AfifahYumna (berkerudung) dan teman saat turun lapangan di OLGENAS International Geolympiad 2023. Foto: Dok Yumna Afifah

Penyuka ilmu kebumian, khususnya geologi ini, juga menang sebagai First Winner di kompetisi Futurisme Business Idea Competition 2023. Tertarik pada isu keberlanjutan (sustainability), ia dan rekan satu tim merespons masalah fast fashion dengan membuat produk sustainable clothing berupa jaket yang dapat menjadi outer, inner, dan bentuk lainnya.

Di samping mengasah kemampuan, Yumna juga senang ikut kompetisi karena dapat bertemu teman baru dan komunitas yang memiliki minat sama dengannya.

"Basically, making connections with other people yang mungkin nanti besarnya juga bakal bergelut di bidang yang sama dengan kita. Dan menurut saya itu sangat bermanfaat. Terus yang terakhir, prestasi-prestasi itu bakal sangat bermanfaat. Untuk mendaftar beasiswa, misalkan," tuturnya.

Aktif Klub dan Organisasi

Yumna AfifahYumna juga aktif di PMR semasa SMA. Foto: Dok Yumna Afifah


Semasa SMP, Yumna juga mulai berorganisasi dan mendukung isu yang sesuai minatnya. Masih soal keberlanjutan, ia bergabung dengan Bye Bye Plastic Jakarta pada 2021-2022 dan bertugas sebagai sekretaris.

Berkegiatan organisasi dan olimpiade sebagai siswa akselerasi, Yumna membagi waktu dan energi dengan memilih ikut kegiatan yang tidak terlalu banyak events tetapi tetap bisa melatih kemampuan dan skill organisasi. Yumna sendiri termotivasi karena melihat teman-temannya belajar dan 'ambis' kendati harus ikut pelatihan tambahan.

"Anak akselerasi yang ikut lomba itu kadang-kadang diminta untuk pulang telat, atau dikasih dispensasi, alhamdulillah. Namun kami jadi harus lebih rajin ke sekolah untuk ikut pelatihan-pelatihan, atau pulang telat. Jadi additional, tambahan untuk belajar, tapi alhamdulillah worth it untuk semua usaha yang ditanamkan," ucapnya.

Masuk SMA Pradita Dirgantara, ia pun menekuni klub geografi sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler. Di sana, ia diajak teman untuk aktif sebagai content writer Geoscience Q&A. Pada proyek ini, mereka secara berkala membuat dan mengepos konten tentang hal menarik di geologi di Instagram. Konten ini bisa jadi wawasan pada pengguna Instagram yang tertarik dengan bidang geologi, sekaligus menarik lebih banyak Instagram user kenal dengan apa yang ada di geologi.

"Geologi juga banyak implikasinya, banyak keterlibatannya di masalah-masalah sekarang. Semakin banyak orang yang mau tahu mengenai luar angkasa. Nah, itu ada di bidang geoscience, di kebumian itu ada bidang astronomi," tuturnya.

"Di bidang geologi sendiri itu (misalnya) gimana sih sebenarnya bensin itu berasal dari minyak, makeup kita berasal dari minyak, yang notabenenya sebenarnya ada di dalam Bumi. Kenapa bisa jadi hal-hal yang kita pakai sehari-hari," imbuhnya.

Yumna juga aktif organisasi di SMA. Berbagai organisasi sekolah digelutinya, mulai dari menjadi ketua divisi inovasi dan eksplorasi di Student Library Assistant (SERSAN), sekretaris di Interact (Rotary Sponsored Club), ketua divisi pengembangan sumber daya anggota Palang Merah Remaja (PMR), serta anggota divisi sains dan teknologi OSIS.

Saat ada kegiatan bentrok, Yumna harus pandai menyusun prioritas. Contohnya, sebagai ketua divisi di PMR, ia mendahulukan ikut rapat PMR, baru disusul rapat OSIS dengan efisien. Kendati demikian, ia berupaya tetap aktif memberikan input di semua organisasi. Jika jenuh tiba, ngobrol dengan teman, nonton YouTube, hingga nonton film bisa mengembalikan mood-nya.

"Jadi kita kayak istilahnya udah healing sebentar, kalau pernah udah dapet healing, waktunya untuk ngambis lagi," tuturnya.

Pengabdian Masyarakat

Yumna AfifahYumna dan teman-teman Panoramind. Foto: Dok Yumna Afifah

Bersama teman-teman, Yumna mendirikan Paronamind Initiative. Kegiatan pengabdian masyarakat ini pada dasarnya mengenalkan STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika) anak-anak SD di lokasi-lokasi terpencil dan kurang terpapar ilmu kompleks.

Para anggota tim membuat buku atau modul interaktif yang dilengkapi ilustrasi. Isinya menceritakan perjalanan suatu karakter yang menghadapi tantangan. Setiap tantangan berhubungan dengan sains, teknologi, teknik, dan matematika.

Yumna mencontohkan, salah satu bagian cerita juga menyisipkan materi geologi. Roleplay dan teknik bercerita disiapkan agar anak-anak SD kelas 4 sampai 6 tertarik menyimak dan mengenal geologi.

Yumna AfifahYumna menceritakan petualangan Mindie, karakter di modul Panoramind, saat melintasi waktu pada siswa SD. Ada materi STEM disisipkan di tiap bagian petualangannya. Foto: Dok Yumna Afifah

"Kita juga pake roleplay gitu. Jadi, selain dari baca buku, kita juga memperagakan apa yang terjadi di bukunya. Basically, mereka si karakternya itu, ke masa lampau dan ke zaman Jurassic. Mereka ketemu kayak dinosaurus, terus mereka juga ketemu sama gunung yang mau meletus. Nah, di gunung yang mau meletus itu kan kita bisa banyak menjelaskan, misalnya kalau masih di dalam itu, belum keluar lavanya, itu namanya magma. Kalau udah keluar, itu namanya lava. Nah, kalau mendingin, nanti lama-lama dia jadi batuan yang beku," tuturnya.

"Nah, terus nanti dia kena angin, kena hujan, jadi kayak rusak gitu, jadi terkikis dan dia jadi sedimen-sedimen atau batuan-batuan yang lebih kecil. Berarti itu menjadi sedimen. Terus nanti dia udah kelamaan, mereka jadi satu lagi, terus terkompaksi, tersemetasi, mereka bakal jadi batuan sedimen. Terus nanti mereka bisa kena banyak erosi atau kayak hujan lagi, mereka bisa kena udara atau terkikis lagi dan bisa termetamorphosa," imbuhnya.

Yumna menuturkan ia dan teman-teman berupaya menggunakan bahasa yang lebih sederhana dalam bercerita. Dengan begitu, siswa SD bisa paham prosesnya, tapi juga mendapatkan ilmu seperti jenis batuan.

Tim Paronamind antara lain mengajar di SDN 1 Ringinlarik, Boyolali dengan modul tersebut. Pembelajaran juga disertai pretest dan post-test untuk mengukur efektivitas modulnya.

Ia mengaku senang bisa menggagas dan banyak terlibat dalam kegiatan ini. Baginya, salah satu pencapaian besar dalam kegiatan ini adalah melihat kegiatannya bermanfaat bagi adik-adik yang tadinya belum dapat mengakses ilmu-ilmu yang sebenarnya menarik, tetapi tak banyak ditemukan di buku tematik umum.

Yumna dan teman-teman belajar mengajar lewat webinar dengan mentor Ara Kusuma, aktivis pendidikan penggagas gerakan Aha! Project yang menyediakan pendidikan informal untuk anak-anak kurang mampu di daerah marginal. Mereka juga belajar dari YouTube dan lewat bimbingan guru untuk menekuni proyek sosial ini.

"(Misalnya) 'gimana sih cara ngajar anak-anak; sebenarnya, mereka tuh attention span-nya seberapa besar; dan mereka tuh bakal paham ini atau enggak. Jadi, kalian tuh banyak pakai materi belajar yang mana. Terus, kalian jelasin gimana tuh belajar dari situ'," tuturnya menirukan sang guru.

Summer School

Di samping belajar di sekolah dan asrama, Yumna juga mengambil kesempatan belajar di kelas musim panas Summer Institute Student di Chinese University of Hong Kong pada 2024. Di sana, ia belajar energi berkelanjutan (sustainable energy) dan akuntansi.

"Kebetulan tertarik ngambil, waktu SMA juga ngambil mata pelajaran bisnis manajemen, jadinya saya juga ngambil accounting gitu untuk di summer school-nya. Di sustainable energy tuh kebanyakan bahas kayak di Hong Kong tuh sangat maju untuk kayak fasilitas-fasilitas yang sangat sustainable," tuturnya.

Di sana, Yumna belajar praktik sustainability seperti mengurangi penggunaan lampu, AC, dan transportasi, kunjungan ke laboratorium sustainable energy kampus juga membantunya terpapar proyek-proyek mahasiswa yang menarik, seperti AC bertenaga surya.

Sedangkan di luar kampus, ia mengenal bagaimana kecenderungan jalan kaki, naik transportasi umum, dan kurangnya penggunaan kendaraan pribadi dibentuk oleh dukungan pada pejalan kaki dan penyiapan sarana transportasi publik yang mencukupi.

Ia berharap bekal ilmunya ke depan juga dapat mendukung pemecahan masalah energi terbarukan hingga perubahan iklim di Tanah Air, mulai dari ketergantungan pada bakar bakar fosil yang bisa habis di dalam Bumi hingga pemanfaatan potensi renewable energy.

"Dan walaupun nanti di masa depan banyak yang pakai solar panels kayak renewable energies, saya percaya bahwa kita masih bisa juga memanfaatkan secara sustainable apa yang ada di dalam Bumi kita. Dan untuk kayak carbon capture storage itu sangat-sangat berkaitan dengan geologi, di mana itu juga menjadi salah satu solusi untuk menanggulangi climate change dan environmental challenges lainnya," imbuhnya.

Jika siswa ingin mendukung keberlanjutan, Yumna menjelaskan praktiknya sesederhana untuk hemat energi, serta peduli dan sadar akan akibat dari aksi yang kita lakukan. Contohnya, gunakan transportasi umum untuk bepergian jauh dan jalan kaki ke warung dekat rumah atau sekolah agar tak boros bensin. Contoh lainnya, jangan buang pakaian yang masih layak pakai.

Bagaimana detikers, mau seperti Yumna?




(twu/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads