Cerita Adelio, Juara AoC Penyuka IPS yang Raih 9 LoA dari 8 Kampus Luar Negeri

ADVERTISEMENT

Cerita Adelio, Juara AoC Penyuka IPS yang Raih 9 LoA dari 8 Kampus Luar Negeri

Trisna Wulandari - detikEdu
Sabtu, 19 Apr 2025 13:00 WIB
Adelio SMA PD
Ini cerita Adelio Rasendriya, pemenang AoC dan peraih medali emas Olimpiade Geografi Internasional yang memperoleh 9 LoA dari 8 universitas luar negeri. Foto: Dok SMA Pradita Dirgantara
Jakarta -

Nama Adelio Rasendriya Hafindika dikenal siswa Indonesia dari penampilan ciamiknya di kompetisi adu kecerdasan Academy of Champions (AoC). Bersama Moch Rakha Aryaputra (SMAN 3 Semarang) dan Novin Raushan (SMA Kesatuan Bangsa Yogyakarta), siswa SMA Pradita Dirgantara ini masuk tim Distrik 4: Jawa Tengah & DIY dan keluar sebagai pemenang AoC di pengujung 2024.

Usai kompetisi, peraih medali emas The 20th International Geography Olympiad 2024 yang berlangsung di Irlandia ini berencana melanjutkan studi pendidikan tinggi di luar negeri. Saat tulisan ini ditayangkan, Adelio setidaknya mengantongi 9 Letter of Acceptance (LoA) dari 8 perguruan tinggi mancanegara.

Di Eropa, Adelio memperoleh Letter of Acceptance (LoA) dari University College London, UK program Urban Planning, Design, and Management; University of Edinburgh, UK, program Geography; King's College London, UK program Geography and Environmental Science; dan University of Amsterdam, Belanda program Human Geography and Planning.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masih di Eropa, mendapat dua LoA dari University of Manchester, UK, yakni pada program Planning and Real Estate BSc dan program Geography.

Di Australia, Adelio diterima di University of Sydney program Bachelor of Science and Advanced Studies dan Australian National University program Bachelor of Science Advanced Honours. Sedangkan di Kanada, Adelio diterima di University of British Columbia program Bachelor of Arts, Major Geography.

ADVERTISEMENT

Ingin Kuliah dengan Beasiswa

Adelio menuturkan ia semula ingin kuliah di University of Oxford. Dengan beberapa pertimbangan, ia akhirnya berencana kuliah di University College London (UCL) pada program Urban Planning, Design, and Management. Ia kini tengah menjalani seleksi Beasiswa Indonesia Maju (BIM) dari pemerintah.

"Mimpi awalnya kebetulan Oxford. Cuma karena ada hal-hal (yang dipertimbangkan), aku akhirnya milihnya ke UCL, University College London. Karena secara QS (World University Rankings), dia masih masuk 10 besar, habis itu karena aku tertariknya di urban planning," tuturnya pada detikEdu.

"(Dan kalau dari QS sendiri) peringkat architecture and built environment-nya, UCL itu nomor satu di dunia," imbuhnya.

Di samping itu, ia tengah mengupayakan lolos beasiswa National University of Singapore (NUS) bidang geografi dan beasiswa perguruan tinggi Turki untuk kuliah bidang urban planning.

"Yang utama pasti ngelihat lolos-lolosnya dulu, kira-kira mana yang lolos gitu kan. Dan kalau misalnya (lolos keduanya), alhamdulillah kan keterima lebih dari satu, mungkin lebih ke arah, salat istikharah juga. Serahkan ke Allah. Karena Allah yang mengetahui apa yang lebih baik bagi kita," tuturnya.

Rencana Mendalami Perencanaan Perkotaan

Kelahiran Jakarta, 3 September ini punya minat di bidang perencanaan perkotaan atau urban planning. Bidang ini erat kaitannya dengan geografi, dan kerap dipandang sebagai subbidang geografi atau geografi manusia, yaitu studi tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungan fisiknya, termasuk evolusi, strategi untuk bertahan hidup, penggunaan sumber daya, dan budaya regional.

Adelio menuturkan cenderung suka pada ilmu pengetahuan sosial (IPS). Mendalami di bangku sekolah, ia mendapati geografi menarik karena punya cakupan yang luas dan berkaitan ilmu lainnya, mulai dari ekonomi, biologi, hingga matematika sehingga banyak hal yang bisa dipelajari.

Di bangku kuliah, ia ingin belajar tentang pembentukan kota dan cara menata kota yang lebih baik sehingga ramah lingkungan dan aman untuk semua. Ia berharap banyak kota di Tanah Air punya tempat bermain dan tempat berinteraksi publik, serta transportasi umum yang memecahkan masalah kemacetan.

"(Dan memecahkan) masalah-masalah lingkungan seperti polusi, udara, banjir, dan sebagainya. Jadi aku harap ke depannya ini bisa lebih baik lagi," tuturnya.

Jika kuliah di UCL dengan beasiswa nanti, Adelio juga ingin menggali bagaimana jaringan kereta di London yang kompleks dapat berkelanjutan sejak 1800-an dan kini mengangkut jutaan orang tiap tahun. Ia juga ingin belajar penataan ibu kota yang menarik wisatawan seperti Singapura dan Kuala Lumpur di Asia Tenggara.

Mengenalkan IPS pada Adik-adik Komunitas

Sebagai penyuka IPS, Adelio salah satunya menggagas Cogito Project pada 2024 bersama teman-teman. Pada proyek sosial ini, siswa-siswa di Boyolali diajak meningkatkan kemampuan berpikir kritis lewat aktivitas menyenangkan dan inklusif.

Ia menjelaskan, proyek ini salah satunya dilatari oleh kemampuan berpikir kritis siswa yang kurang terasah saat belajar IPS di kelas, seperti sejarah, geografi, dan filosofi. Penyebabnya bisa beragam, antara lain pembelajaran yang terasa satu arah sehingga terasa membosankan. Siswa juga bisa jadi coba bertanya, tetapi mendapat jawaban "ya memang gitu" atau jawaban lain yang memicu anak mengurungkan niat untuk bertanya, berdiskusi, dan mendiskusi topik tersebut lebih lanjut.

"Dan itu sebenarnya juga berlaku di semua bidang, bukan hanya di sosial saja. Cuma yang membuat sosial membosankan karena itu kayak ibaratnya hafalan doang lah. Aku pengen mencoba, gimana caranya supaya pelajaran-pelajaran sosial ini tuh gak dianggap sebagai membosankan. Karena pelajaran sosial itu penting juga. Kayak misalnya untuk membangun empati, membangun kesadaran akan lingkungan sekitar," ucapnya.

"Misalnya kalau kita punya (pemahaman tentang) biologi aja, kita cuma tahu kalau misalnya ada suatu hal yang jelek di lingkungan. Tapi kalau misalnya kita gak ada kesadaran ilmu sosialnya, kita gak bakal tahu apa sih penyebab-penyebabnya dan kira-kira gimana cara untuk mengubah pola pikir masyarakat untuk membantu menyelesaikan masalah lingkungan. Jadi aku ingin gimana caranya anak-anak Indonesia bukan cuma ngerti STEM doang, cuman juga suka sama pelajaran-pelajaran sosial," sambungnya.

Ia menuturkan, keterampilan berpikir kritis juga membantunya mengidentifikasi hal-hal yang dapat diperbaiki dan ditingkatkan mutunya. Kecakapan ini menurutnya bermanfaat saat berkegiatan sebagai relawan semasa sekolah maupun saat hendak menyiapkan masa depan.

Diketahui, Adelio sebelumnya aktif sebagai volunteer di Elsafan Foundation Disability Home. Di sana, ia membantu residen tunanetra untuk melakukan terapi harian. Sambil menjadi relawan, ia belajar mengidentifikasi kesenjangan kebijakan inklusif di Jakarta dan hal-hal yang dapat ia lakukan di masa depan untuk mendukung inklusivitas di masa depan.

Sementara itu di Kampus Diakonia Modern Street Child Shelter, ia menjadi volunteer program-program yang diperuntukkan bagi anak marginal. Sembari bertugas, ia belajar tentang kemiskinan perkotaan, kesejahteraan masyarakat, dan pentingnya mengurangi ketidaksetaraan di dalam populasi urban. Lewat kegiatan ini, ia menguatkan komitmen di bidang advokasi sosial.

"Selama aku volunteering itu, aku juga melihat-melihat sekitar. Oh, ini ada yang kurang, yang bisa diperbaiki. Dan dari hal itu, jadi motivasi aku bagaimana untuk ke depannya, apa yang harus aku lakukan. Setelah selesai berkuliah, habis itu masuk kerja, apa yang harus aku lakukan," tuturnya.

Mengajar Peserta Olimpiade

Di samping menjadi relawan dan menggagas program sosial, Adelio juga aktif mengajar siswa yang hendak bertarung di olimpiade. Peraih medali emas International Geography Olympiad 2024, perunggu Indonesian National Earth Science Olympiad 2024, dan perak Indonesian National Geography Olympiad 2023 ini aktif sebagai tutor siswa pada 2024.

Di Alpha Academy, tutor olimpiade geografi ini mendesain dan memformulasikan sejumlah materi pembelajaran tentang development geography, lengkap dengan soal-soal. Ia juga mengajar lewat media video pembelajaran.

Masuk Olimpiade Bersama, Adelio mendesain dan memformulasikan sejumlah materi pembelajaran tentang physical geography. Ia lalu mengajar lebih dari 100 siswa yang hendak bersiap ikut Olimpiade Sains Nasional (OSN).

Sementara itu di Alumni Association of Indonesia Geography Olympiad Team, ia mengembangkan sejumlah written response test topics dan fieldwork test dan mengevaluasi hasil belajar siswa. Ia juga membimbing siswa untuk berprestasi di olimpiade. Sekitar 45 persen siswanya meraih medali, salah satu memperoleh medali emas.

Menurutnya, berbagi ilmu penting agar dapat diteruskan dan menyebar ke masyarakat sehingga membawa manfaat. Ia sendiri merasa menjadi tutor turut membantunya tahu info dan ilmu terbaru di bidangnya.

"(Karena) kita juga sering bikin soal. Dan pas bikin soal, itu tuh kayak selalu memikir kira-kira gimana cara bikin soal yang susah, hehe. Pas mikir gimana cara bikin soal yang susah, itu akhirnya kita research-research lah. Kira-kira materi apa, kira-kira apa kasus yang terkait dengan materi itu, yang ibaratnya tuh baru gitu, yang baru di masyarakat. Dan akhirnya kita dapat penjelasan baru, insight-insight baru Dan itu akhirnya malah menambah ilmu kita instead of ngilangin," tuturnya.

Termotivasi Orang Tua

Adelio menuturkan, ia semasa sekolah termotivasi untuk mencoba berbagai hal di atas, yang baginya bermanfaat untuk masa depan. Ibu dan ayah menurutnya jadi motivasi terbesar.

"Karena mereka udah ngasih everything, semuanya buat aku. Jadi aku nggak mau mengecewakan mereka dan aku mau gimana caranya supaya aku bisa menjadi sukses di jalanku sendiri," ucapnya.

Cerita prestasi sang ibu semasa sekolah dan kuliah juga memacunya untuk bisa ikut berprestasi, apapun bidangnya.

"Pokoknya ibu aku tuh selalu ngasih kebebasan ke aku gimana caranya untuk sukses di jalanku sendiri. Dan selalu full support," imbuhnya.

Bagaimana detikers, mau ikuti jejak Adelio? Semangat belajar dan mengembangkan diri, ya!




(twu/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads