Tahun ini Universitas Airlangga (Unair) menerima mahasiswa baru jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) sebanyak 2.407 orang. Dari jumlah tersebut, nama Fauqiyatul Ulum Ridha dinobatkan sebagai mahasiswa baru termuda.
Bagaimana tidak, saat mahasiswa baru lain umumnya berusia 18 tahun tetapi Fauqiyatul dua tahun lebih muda yakni 16 tahun. Siswa asal MAN 3 Kediri ini diterima S1 Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi (FST).
"Saya merasa bersyukur dan beruntung bisa diterima di Unair. Ini bukan hanya hasil usaha saya sendiri, tetapi juga berkat doa orang tua, guru, dan orang-orang yang mendukung saya," kata Fauqiyatul dilansir dari laman Unair, Selasa (25/3/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Motivasi Pilih Fisika: Ingin Tahu Cara Dunia Bekerja
Saat ditanya motivasi memilih jurusan sains ini dijelaskannya karena ingin melihat bagaimana cara dunia bekerja. Ia mengaku senang menganalisis kejadian di sekitar.
"Saya ingin menganalisis dan memahami bagaimana dunia ini bekerja. Banyak hal dalam kehidupan sehari-hari yang dijelaskan oleh fisika, seperti bagaimana cahaya membentuk pelangi dan bagaimana smartphone berfungsi," ujar Fauqiyatul.
Kemudian, ia memilih Unair lantaran berpendapat bahwa kampus yang terletak di Surabaya tersebut punya lingkungan akademik yang baik. Dengan begitu, ia yakin bisa menerapkan ilmu yang akan diperolehnya nanti.
Konsistensi Jadi Kunci Keberhasilan Fauqiyatul
Lantas bagaimana Fauqiyatul bisa lulus SNBP saat usianya masih 16 tahun? Ternyata, Fauqiyatul mengikuti kelas akselerasi saat duduk di bangku SMA.
Oleh karena itu, ia hanya mengenyam SMA dalam waktu hanya dua tahun. Di balik keberuntungannya ini, Fauqiyatul mengaku bahwa dirinya dituntut disiplin dan konsisten selama menjalani kelas akselerasi.
"Program ini tidak mudah karena materi yang seharusnya siswa pelajari dalam tiga tahun harus selesai dalam waktu lebih singkat. Tantangan terbesar adalah menjaga konsistensi dalam belajar, terutama ketika merasa jenuh dan kurang percaya diri. Namun, dengan disiplin dan dukungan guru serta orang tua, saya dapat menjalaninya dengan baik," ungkapnya.
Termasuk juga saat ia berjuang agar lolos SNBP 2025. Fauqiyatul harus konsisten mempertahankan nilai rapor dan prestasinya selama dua tahun masa SMA agar selalu baik.
"Saya hanya menjalani proses seperti biasa, yaitu belajar serta mengikuti ujian dengan baik. Tidak semua orang harus punya cerita besar dan perjuangan dramatis untuk mencapai sesuatu. Terkadang, yang terpenting adalah konsistensi terhadap hal-hal kecil, seperti belajar meskipun malas dan selalu optimis," pungkasnya.
(cyu/nwk)