Cerita Pilu Rasulullah SAW dan Anak Yatim yang Terlantar di Hari Raya

Cerita Pilu Rasulullah SAW dan Anak Yatim yang Terlantar di Hari Raya

Anisa Rizki Febriani - detikHikmah
Senin, 31 Mar 2025 08:00 WIB
Ilustrasi anak yatim
Ilustrasi anak yatim (Foto: Getty Images/iStockphoto/shironosov)
Jakarta -

Hari Raya Idul Fitri adalah momen yang sudah sepatutnya dirayakan umat Islam. Terkait hal itu, ada sebuah kisah mengenai Nabi SAW yang berjumpa anak yatim ketika lebaran.

Dikisahkan dalam buku Al-Qur'an Hadis Madrasah Ibtidaiyah susunan Fida' Abdillah dan Yusak Burhanuddin, pada suatu siang di sudut kota Madinah ada beberapa anak kecil yang tengah bermain. Dengan riang dan gembira, mereka menggunakan pakaian baru di Hari Raya Idul Fitri.

Meski demikian, terdapat seorang anak yang sedang menangis karena sedih. Melihat hal itu, Nabi Muhammad SAW menghampiri sang anak dan bertanya,

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Wahai ananda, mengapa engkau tidak bermain seperti teman-temanmu itu?"

Mendengar pertanyaan Rasulullah SAW, anak itu menjawab sambil tetap menangis, "Wahai Tuan, saya sangat sedih. Teman-teman saya gembira memakai pakaian baru dan saya tak punya siapa-siapa untuk membelikan pakaian baru,"

ADVERTISEMENT

Nabi SAW kemudian kembali bertanya keberadaan orang tua dari sang anak. Lalu, anak tersebut mengatakan bahwa ayahnya mati syahid karena berperang sementara sang ibu menikah lagi dan hartanya dibawa oleh ayah tirinya sedangkan dirinya diusir dari rumah.

Rasulullah memeluk dan membelai anak tersebut seraya berkata, "Wahai ananda, maukah engkau kalau saya menjadi ayahmu? Aisyah sebagai ibumu dan Fatimah sebagai saudarimu?"

Anak yatim itu terkejut dan senang bukan kepalang. Sang nabi lalu membawa anak itu ke rumahnya dan memberi pakaian yang layak untuk dikenakan.

Cerita ini juga tercantum dalam kitab Durratun Nashihin tulisan Syekh Utsman Hasan bin Ahmad as-Syakir al-Khuwairy, seorang ulama pada abad ke-13. Awalnya, anak tersebut tidak tahu bahwa laki-laki yang menghampirinya adalah Nabi SAW.

Setelah menyadari bahwa lelaki itu adalah Rasulullah SAW, anak tersebut berkata, "Bagaimana mungkin aku tidak senang wahai Rasulullah?"

Usai mengenakan pakaian layak, anak itu kembali menghampiri teman-temannya. Dengan wajah yang sumringah, justru teman-temannya bingung melihat anak tersebut.

"Kemarin aku lapar, haus, dan yatim. Tetapi, sekarang aku bahagia karena Rasulullah SAW menjadi ayahku, Aisyah ibuku, Ali pamanku dan Fatimah saudariku. Bagaimana aku tak bahagia?" ujar anak tersebut.

Cerita Nabi Muhammad SAW dengan anak yatim ini merupakan contoh nyata dari akhlak mulia sang rasul. Dalam sebuah hadits, beliau juga mengatakan bahwa ada keutamaan bagi orang yang mengurus anak yatim.

"Aku dan orang yang mengurus (menanggung) anak yatim (kedudukannya) di dalam surga seperti ini." Beliau mengisyaratkan dengan (kedua jarinya yaitu) telunjuk dan jari tengah serta agak merenggangkan keduanya." (HR Imam Bukhari)




(aeb/lus)

Hide Ads