Doa pelancar lisan bisa menjadi amalan yang dapat dibaca ketika seorang muslim perlu berbicara di hadapan publik atau sedang menjalani ujian lisan. Doa ini menjadi cara untuk memohon kemudahan dari Allah SWT.
Kemampuan berbicara dengan lancar dan jelas adalah nikmat besar dari Allah SWT. Banyak orang memiliki ilmu dan pemahaman yang baik, tetapi merasa kesulitan saat menyampaikan gagasannya karena lisan yang terasa berat atau gugup dalam berbicara.
Dalam Islam, setiap muslim dianjurkan untuk senantiasa memohon pertolongan kepada Allah SWT dalam segala hal yang berkaitan dengan kehidupan, termasuk dalam hal kelancaran berbicara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan berbicara yang baik sangat penting, baik dalam berdakwah, bekerja, belajar, maupun berinteraksi sosial. Lisan yang lancar dapat menjadi sarana menyampaikan kebaikan, menyatukan hati, bahkan membuka pintu rezeki. Sebaliknya, lisan yang terbata-bata dapat membuat seseorang kehilangan kepercayaan diri atau bahkan disalahpahami.
Doa Pelancar Lisan
Mengutip dari buku Ibadah Para Juara karya Rizem Aizid, salah satu doa terbaik untuk memohon kelancaran dalam berbicara adalah doa yang diucapkan oleh Nabi Musa AS saat diperintahkan oleh Allah SWT untuk berdakwah kepada Fir'aun.
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
Arab-latin: Rabbisyraḥ lī ṣadrī wa yassir lī amrī waḥlul 'uqdatam mil lisānī yafqahụ qaulī
Artinya: "Ya Rabb-ku, lapangkanlah dadaku, dan ringankanlah segala urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku."
Doa pelancar lisan tersebut terdapat dalam Al-Qur'an surat Thaha ayat 25-28.
Menurut Tafsir Ibn Katsir, ayat ini menunjukkan sikap tawadhu' dan ketergantungan penuh Nabi Musa AS kepada Allah SWT, meskipun beliau adalah seorang nabi dan rasul. Doa ini diajarkan sebagai contoh bagi siapa pun yang ingin menyampaikan kebenaran, agar meminta bantuan Allah SWT terlebih dahulu.
Selain doa Nabi Musa AS, umat Islam dapat mengamalkan doa yang termaktub dalam surat Asy-Syu'ara' ayat 12-13,
قَالَ رَبِّ اِنِّيْٓ اَخَافُ اَنْ يُّكَذِّبُوْنِ ۗ ١٢ وَيَضِيْقُ صَدْرِيْ وَلَا يَنْطَلِقُ لِسَانِيْ فَاَرْسِلْ اِلٰى هٰرُوْنَ ١٣
Arab-latin: Qāla rabbi innī akhāfu ay yukażżibụn, Wa yaḍīqu ṣadrī wa lā yanṭaliqu lisānī fa arsil ilā hārụn.
Artinya: "Dia (Musa) berkata, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku takut mereka akan mendustakanku. Dadaku terasa sempit dan lidahku kelu. Maka, utuslah Harun (bersamaku)."
Adab Berbicara
Merujuk buku 63 Adab Sunnah karya Dr. KH. Rachmat Morado Sugiarto, dalam Islam ada adab yang perlu diterapkan ketika berbicara, berikut di antaranya:
1. Berbicara yang Baik
Seorang muslim wajib berbicara yang baik, jika tidak mampu berkata baik maka dianjurkan untuk diam. Sebelum mengucapkan kata-kata dalam berbicara, hendaknya dipikirkan terlebih dahulu, apakah perkataannya baik atau tidak.
2. Berusaha Berkata dengan Kalimat yang Baik
Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Takutlah engkau terhadap neraka walau dengan menyedekahkan sepotong kurma, jika kalian tidak menemukannya maka dengan perkataan yang baik." (HR Bukhari dan Muslim)
3. Tidak Berbicara Terlalu Cepat atau Lambat
Bahwa Urwah berbicara kepadanya bahwa Aisyah berkata, "Tidaklah membuatmu senang saat Abu Hurairah datang di samping kamarku dia berbicara dari Nabi SAW, suaranya terdengar oleh aku, akus edang bertasbih (sholat). Ia berdiri (dari tempatnya) sebelum aku menyelesaikan sholatku. Andai aku sempat mendatangi majelisnya pasti aku akan membantahnya. Sesungguhnya Rasulullah SAW tidaklah tergesa-gesa berbicara seperti kalian berbicara." (HR Muslim)
4. Mengulang Kalimat agar Mudah Dipahami
Dari Anas RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW apabila berbicara satu kalimat beliau mengulanginya tiga kali sehingga dipahami dan apabila mendatangi satu kaum beliau mengucapkan salam kepada mereka, mengucapkannya tiga kali. (HR Bukhari)
5. Meninggalkan Perdebatan Walau di Posisi yang Benar
Rasulullah SAW bersabda, "Dari Abu Umamah ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, "Aku akan menjamin rumah di tepi surga bagi seseorang yang meninggalkan perdebatan meskipun benar." (HR Abu Daud)
(dvs/kri)
Komentar Terbanyak
Kisah Wafatnya Nabi Sulaiman AS: Bukti Jin Tidak Mengetahui Hal Ghaib
Makanan Mengandung Babi Bersertifikat Halal Ditarik dari Peredaran
Makanan Mengandung Babi 'Berlabel Halal', BPJPH: Kami Selidiki dan Beri Sanksi