From Ujung Kulon To USA: Kisah Yani, Anak Penjual Nasgor Raih S2 di Harvard

ADVERTISEMENT

From Ujung Kulon To USA: Kisah Yani, Anak Penjual Nasgor Raih S2 di Harvard

Nikita Rosa - detikEdu
Selasa, 22 Apr 2025 09:00 WIB
Muhamad Yani
Muhamad Yani Sukses Raih S2 ke Harvard. (Foto: Dok. Pribadi Muhamad Yani)
Jakarta -

Nama Muhamad Yani melambung setelah resmi menjadi mahasiswa S2 di universitas top dunia, Universitas Harvard. Tak perlu merogoh kocek banyak, Yani telah mengantongi Beasiswa LPDP untuk menunjang perkuliahannya kelak.

SosokYani sebelumnya dikenal karena konten edukasi yang ia bagikan dalam lamanInstagramnya. Selain itu, pemuda asalCibaliung, Ujung Kulon, Banten ini juga kerap membagikan kegiatan dari Yayasan Pendidikan Wawasan PusatLeuweung Hub Foundation, organisasi non-profit yang ia dirikan. Lewat yayasan tersebut, ia dan rekan-rekannya sudahmenggerakan 41.000 pelajar di seluruh Indonesia dalam bidang kesehatan mental dan pendidikan.

Muhamad YaniMuhamad Yani dengan Yayasan Pendidikan Wawasan Pusat Leuweung Hub Foundation Foto: dok. Pribadi Muhamad Yani

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semangat Yani dalam dunia pendidikan ternyata datang dari kisah hidupnya. Yani paham rasanya hidup dalam kemiskinan. Namun ia terus mengingat pesan orang tuanya.

ADVERTISEMENT

"Aku mendapatkan sebuah pesan dari ibu aku, bahwa kamu harus sekolah, 'Cukup Ibu dan Bapak saja yang tidak sekolah. Dan kamu merasakan bagaimana hidup susah seperti ini. Mama harap kamu bisa sekolah tinggi. Kita akan bantu kamu perjuangkan hal-hal tersebut'," cerita Yani kepada detikEdu, Senin (21/4/2025).

"Dengan posisi yang aku menangis, aku bilang 'Ya aku akan jadi orang sukses'," yakinnya.

Bagaimana kisah Yani? Simak di bawah ini.

Semua Berawal dari Diusir dari 'Rumah'

Yani bercerita jika dorongannya untuk selalu belajar dimulai saat ia dan keluarganya diusir dari 'rumah' kontrakan. Waktu itu, kontrakan yang ditinggali keluarga Yani terbuat dari bambu dan hanya seukuran satu petak.

"Terus aku tidur di jalanan bareng keluarga selama 10 hari, ngemper, ada ruko tutup, kita tinggal di sana hanya dengan berpakaian baju. Bahkan aku selalu bersyukur ketika ada orang yang datang ngasih makan atau ngajak aku beli es krim. Saat itu aku nangis banget, aku merasa, 'Ya Allah, kok hidup aku seperti ini banget ya'," cerita Yani.

Namun berkat pesan yang diberikan ibunda, Yani perlahan bangkit. Ia mulai tekun belajar.

Yani kecil yang tadinya malas sekolah, langsung melesat ke peringkat 1. Berkat kerja kerasnya, Yani tak perlu mengeluarkan uang sepeserpun selama mengenyam pendidikan.

"Dapat beasiswa dari SMP sampai SMA, bahkan kuliah S1, KIP dan lain sebagainya, bahkan sampai sekarang LPDP itu karena ucapan dari sang ibu yang menurut aku sangat menyentuh hati sekali," ujarnya.

Melihat kerutan di raut kedua orang tua menyulut api semangat Yani. Orang tuanya yang bekerja sebagai penjual nasi goreng seringkali harus berjualan hingga pukul 4 sampai 5 pagi.

"Bisa kebayang orang tuaku sering sakit-sakitan karena mungkin begadang. Di situ aku semakin menggebu-gebu. Bagaimana caranya aku harus bisa sekolah, kuliah, gelar master, kerja dengan baik, punya banyak uang, membantu keluarga," jelas putra dari Adroni dan Rokayah itu.

"Melalui interaksi sosial antara ibu dan aku saat itu, berhasil membawa aku ke arah yang sekarang," ungkapnya.

Cerita hidup Yang membuatnya memilih jurusan Human Development di Harvard. Ia ingin melakukan pendekatan-pendekatan psikologi kepada pemuda-pemuda yang mungkin putus sekolah atau merasa kekurangan potensi, padahal luar biasa.

"Karena aku percaya dengan pendekatan psikologi yang pas dan arah-arah yang baik, itu akan terjadi kemajuan," ujarnya.

Yani SMA Ingin Kuliah di Luar Negeri

Saat menduduki bangku SMA, Yani mulai terpikir untuk berkuliah di luar negeri. Namun takdir berkata lain, ia baru bisa merantau ke luar pulau, yakni berkuliah di Universitas Udayana Bali.

"Aku itu benar-benar mungkin dikasih rezeki di Bali dulu untuk membiasakan diri dengan lingkungan yang internasional," ujar alumni Fakultas Pertanian Universitas Udayana itu.

Akhirnya pada semester 7, Yani mulai mengejar kembali cita-citanya untuk studi ke luar negeri. Ia mendaftar di Columbia University dan The University of Manchester pada tahun 2023. Namun ia tidak berangkat lantaran belum mengantongi beasiswa maupun IELTS.

Yani bercerita jika percobaan pertamanya dalam LPDP 'belum waktunya' untuk lolos. Saat itu, Yani harus menjalani operasi satu jam setelah wawancara LPDP.

"Di hari wawancara, aku dioperasi. Satu jam sebelum operasi, aku wawancara LPDP dulu," ceritanya.

"Dan 15 hari sebelumnya, aku itu DBD, demam berdarah, dan trombosit itu benar-benar turun banget. Aku kira aku bakal mati waktu itu. Jadi kayak harusnya aku mempelajari banyak hal untuk mock-up interview dan lain sebagainya. Eh, aku malah diopname di rumah sakit. Ditambah operasi dan lain sebagainya. Akhirnya, mungkin sudah kehendak dari Allah untuk aku coba memperbaiki diri lagi," imbuhnya.

Lolos di Harvard dengan Beasiswa

Muhamad YaniMuhamad Yani Foto: dok. Pribadi Muhamad Yani

Kegagalan itu tak membuat Yani gentar. Yani lanjut mendaftar universitas-universitas lain sambil mengasah kapasitas diri.

"Aku coba ambil IELTS, aku daftar ke Imperial College London, dan dinyatakan lolos," ujarnya.

Tak lupa, Yani juga membenahi pengalaman LPDP pertamanya. Setelah mereview esai yang ia tulis, Yani merasa ia belum merefleksikan diri dengan lebih baik.

"Kayak sebenarnya aku tuh mau ngapain sih, ngambil S2 itu harusnya ngapain sih? Aku tuh kayak masih mengedepankan rasa egoku untuk studi ke luar negeri. Tidak yang sepenuhnya memikirkan karir masa depan, dampaknya untuk diriku dan untuk masyarakat sekitar. Aku tuh belum memikirkan sampai sana," jelasnya.

Setelah membandingkan banyak hal, Yani mulai memperbaiki esai dan juga rutin berlatih wawancara.

"Akhirnya [esai] aku lebih kompleks, lebih terperinci, dan lebih jelas alur di esai yang kedua. Jadi saran dari aku untuk teman-teman yang mau LPDP, terlebih dahulu persiapkan esai dan juga portofolio, karena esai inilah yang menjadi senjata kita ketika diwawancara," pesannya.

Yani kemudian memberanikan diri untuk mendaftar LPDP Jalur Non-LOA. Di saat yang bersamaan, ia juga membidik universitas top dunia yaitu Universitas Harvard.

"Dan alhamdulillah, sudah sangat menjadi kuasa Allah, meskipunLPDP 1 gagal, kemudian aku cobaLPDP 2, dengan membawa nama Harvard, tanpaLOA. Dinyatakan lolos olehLPDP 2, terima kasih banyak. Dan beberapa bulan setelah itu, aku dinyatakan Harvard University menjadi admitted student," ceritanya bangga.

Di akhir, Yani berpesan jika tidak ada yang mustahil. Menurutnya, tugas setiap orang adalah terus berjalan dan mengupayakan cita-cita mereka.

"Karena semua sudah diatur oleh Allah SWT, tugas kita adalah terus berjalan dan terus mengupayakannya. Sukses dan berhasil itu adalah untuk semua orang yang mau memperjuangkannya," pesan Yani.

Yani menekankan jangan merasa minder, jangan merasa sakit, jangan merasa kecil karena tidak punya apa-apa atau berasal dari keluarga yang tidak punya, tidak kaya dan tak berharta banyak.

"Selama kita memiliki keberanian dan memohon untuk mencapai mimpi, maka insya Allah apapun yang sedang kita perjuangkan akan dipermudah oleh Allah untuk dicapainya," pesannya.

"Semangat buat teman-teman, semoga menjadi orang-orang yang berhasil, sukses, tapi juga berdampak untuk masyarakat sekitar," tutupnya.




(nir/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads