Hari Puisi Nasional 28 April 2025: Ini Sejarah dan Tokoh Pentingnya

Hari Puisi Nasional 28 April 2025: Ini Sejarah dan Tokoh Pentingnya

Nur Umar Akashi - detikJateng
Senin, 28 Apr 2025 16:26 WIB
Ilustrasi puisi cinta
Ilustrasi puisi. (Foto: Getty Images/iStockphoto/ultramarinfoto)
Solo -

Salah satu tanggal yang dipilih untuk memperingati Hari Puisi di Indonesia adalah 28 April. Memangnya, ada tanggal lain untuk Hari Puisi? Jawabannya bisa detikers temukan dalam uraian sejarah dan tokoh pentingnya berikut ini!

Disadur dari buku Mengenal Lebih Dekat Puisi Rakyat oleh Sri Khairani Lubis dkk, secara bahasa, puisi berasal dari bahasa Yunani Kuno, poieo atau pocima. Kedua kata tersebut dalam bahasa Inggris diartikan sebagai 'i create' atau 'aku membuat'.

Dalam hidup manusia, puisi berperan sebagai media untuk mengekspresikan perasaan. Membaca atau menulis puisi juga merupakan sarana menenangkan hati, meningkatkan imajinasi, dan melatih kreativitas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Atas peran penting ini, puisi sudah pasti patut diperingati secara nasional. Tidak hanya puisi itu sendiri, Hari Puisi Nasional juga bertujuan mengenang salah satu tokoh yang punya kiprah dalam memajukan perkembangan puisi modern Indonesia. Siapakah ia?

Baca pembahasan ringkas yang telah detikJateng siapkan di bawah ini, mencakup sejarah dan tokoh penting Hari Puisi Nasional!

ADVERTISEMENT

Sejarah Hari Puisi: 2 Versi Tanggal Peringatannya

Menurut informasi dari laman resmi Direktorat Sekolah Menengah Pertama Kemendikbudristek, 28 April dipilih sebagai tanggal peringatan Hari Puisi Nasional karena bertepatan dengan wafatnya Chairil Anwar. Kenapa bukan tanggal lahir?

Dijelaskan bahwa pemilihan tanggal tersebut adalah bentuk penghormatan terhadap karya dan jasa-jasanya. Tidak hanya itu, tanggal wafat Chairil Anwar juga dipilih karena bisa dimaknai sebagai bentuk dramatisasi, seperti yang ada dalam puisi.

Lebih lanjut, dikutip dari situs Universitas Muhammadiyah Jakarta, pemilihan tanggal ini digagas oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi yang bekerja sama dengan Musyawarah Nasional Sastrawan Indonesia.

Di sisi lain, Hari Puisi juga diperingati pada tanggal 26 Juli dengan nama Hari Puisi Indonesia. Alasannya, tanggal tersebut adalah momen kelahiran Si Binatang Jalang, julukan Chairil Anwar. Tanggal ini dideklarasikan oleh Presiden Sastrawan Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri, pada 22 November 2012 silam.

Terlepas dari perbedaan tanggal tersebut, Hari Puisi Nasional bertujuan untuk menghormati dan mengenang peran maupun andil Chairil Anwar. Peringatan ini juga sekaligus berusaha membangkitkan semangat berpuisi di tengah masyarakat Indonesia.

Tokoh Penting Hari Puisi Nasional: Chairil Anwar

detikers sudah pasti sering mendengar nama penyair satu ini di berbagai tempat. Namanya memang begitu populer dan harum semerbak di nusantara. Sebenarnya, siapa sih Chairil Anwar itu?

Diringkas dari buku Biografi Chairil Anwar tulisan Nadira Putri Siregar, Chairil Anwar lahir di Medan, Sumatra Utara, tanggal 26 Juli 1922. Ayahnya adalah Toeloes, sedangkan sang ibu bernama Saleha.

Chairil kecil lahir dalam sebuah keluarga Minangkabau yang taat beragama. Kendati hidup dengan penuh kekangan, seluruh kebutuhan Chairil terpenuhi semua. Ia begitu disayang oleh kedua orang tuanya.

Di luar rumah, Chairil kecil juga menjadi kesayangan orang. Menurut informasi dari buku Chairil Anwar Hasil Karya dan Pengabdiannya oleh Sri Sutjianingsih, hal ini tidak terlepas dari pribadinya yang menarik. Chairil kecil adalah seorang anak yang cerdas, lincah, dan tidak pemalu.

Ia memulai pendidikan dasar di Hollandsch Inlandsche School (HIS) Medan. Setelah tamat, Chairil meneruskan pendidikan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs alis MULO. Namun, baru sampai kelas 2, Chairil keluar dan pergi ke Batavia.

Tatkala Jepang menduduki Indonesia, Chairil tidak mau berkolaborasi sebagai alat propaganda. Alih-alih, ia justru menulis berbagai sajak dan menerjemahkan puisi-puisi terkait revolusi. Sosoknya juga diketahui kerap berkumpul di Menteng 31, tempat para pemuda revolusioner berkumpul, guna memberi semangat.

Nama Chairil Anwar mulai tersohor ketika ia menggubah puisi bertajuk Nisan pada tahun 1942 dalam usia 20 tahun. Namun, ketika pertama kali Chairil mengirim puisinya ke Panji Pustaka, ia menghadapi penolakan. Alasannya, puisi-puisi Anwar dianggap terlalu individualisme dan bertentangan dengan semangat kawasan kemakmuran bersama Asia Timur Raya.

Chairil Anwar sempat menikah dengan Hapsyah pada 6 September 1946. Keduanya dikaruniai seorang putri bernama Evawani Alissa. Namun, karena masalah ekonomi, keduanya kemudian memutuskan berpisah.

Riwayat hidup Chairil tidak panjang. Pasalnya, dalam usia muda, Chairil jatuh sakit yang kemudian mengantarkannya kepada kematian. Ia jatuh sakit pada April 1949.

Selama sakit, Chairil diurus oleh rekan-rekannya, seperti HB Jassin dan Rivai Apin. Karena tak kunjung membaik, HB Jassin menulis surat kepada kakak ipar dan ibu Chairil agar temannya itu dirawat di Medan.

Namun, sebelum Chairil sempat dipindahkan, ia meninggal dunia. Sang penyair meninggal dunia dalam usia 27 tahun, tepatnya pada tanggal 28 April 1949 pukul 14.30. Besoknya, 29 April 1949, jenazah Chairil Anwar dikebumikan di Pekuburan Karet, Jakarta.

Chairil meninggalkan 72 sajak asli, 2 sajak saduran, 11 sajak terjemahan, 7 prosa asli, dan 4 prosa terjemahan. Kumpulan sajak pertamanya kemudian diterbitkan pada tahun 1949 dengan judul Deru Campur Debu. Yang kedua menyusul pada tahun yang sama dengan tajuk Kerikil Tajam Dan Yang Terempas Dan Yang Putus.

Demikian uraian ringkas mengenai sejarah dan biografi tokoh penting yang diperingati saat Hari Puisi Nasional, Chairil Anwar. Semoga bermanfaat dan selamat Hari Puisi Nasional!




(sto/afn)


Hide Ads