Pahamilah bahwa diri kita ini terdiri dari hati, jiwa dan ruh. Menurut Islam, jiwa adalah sesuatu yang ghaib, ruhani, dan spiritual yang berasal dari Tuhan. Jiwa disebut juga al-nafs, al-Aql, al-Qalbu, al-Fuad, al-Lubab, dan al-Ruh.
Adapun Karakteristik jiwa menurut Islam :
- Jiwa memiliki daya yang memberikan kemampuan kepada jasad.
- Jiwa dapat menggerakkan tubuh manusia.
- Jiwa merupakan pemeran utama untuk mengorganisasikan seluruh potensi diri manusia.
- Jiwa mampu menembus dan mengenal Allah, bukan jasad.
- Jiwa akan mendapat pembalasan di akhirat, apakah mendapatkan kebahagiaan ataukah kesengsaraan.
Sedangkan penyakit jiwa sering diidentikkan dengan beberapa sifat buruk atau tingkah laku tercela (al-akhlaq al-mazmumah). Oleh karena itu, seseorang hendaknya menghindari penyakit tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Imam Ghazali menegaskan, hati adalah raja yang mengatur dan mengarahkan semua anggota badan, baik akal, nafs, mata, telinga dan tubuh manusia. Pernyataan ini menggambarkan bahwa hati adalah substansi yang menjadi kendali perilaku, baik atau buruknya perilaku sangat ditentukan oleh hati.
Adapun fungsi hati sebagai berikut :
Hati adalah pusat dari keimanan, kecintaan, dan perasaan dalam diri seseorang. 0. Hati merupakan raja dari seluruh anggota badan, di mana mereka melaksanakan segala apa yang diperintahkannya. 0. Hati bertanggung jawab terhadap sah tidaknya segala amal perbuatan. 0. Hati harus terbebas dari penyakit hati seperti musyrik, sombong, takabur, rakus, serakah, tamak, benci, dan dendam.
Mengenal hati dengan pasukannya tidaklah lepas dari perumpamaan yang masyhur dikatakan, "Sesungguhnya jiwa itu laksana kota, kedua tangan dan kaki serta semua anggota tubuh ibarat wilayahnya. Potensi syahwat sebagai walikotanya dan amarah berlaku sebagai polisinya. Hati adalah rajanya, sedangkan akal sebagai perdana menterinya."
Raja mengendalikan mereka sehingga kerajaan dan keadaan sekitarnya menjadi tenang. Sebab, walikota atau syahwat mempunyai watak pendusta, suka berlebihan dan pengacau. Ingatlah bahwa nafsu pada umumnya membawa keburukan. Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam surah Yusuf ayat 53 yang terjemahannya, "Aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Maksud ayat ini, setelah peristiwa yang dialami Nabi Yusuf berlalu dan ia terbukti tidak bersalah, ia pun berkata, "Dan aku tidak menyatakan diriku bebas dari kesalahan apa pun, karena sesungguhnya salah satu jenis nafsu manusia itu adalah nafsu amarah, yang selalu mendorong manusia kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku sehingga tidak membawaku kepada kejahatan. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun atas segala dosa, Maha Penyayang bagi siapa saja yang Dia kehendaki.
Sementara polisinya adalah amarah memiliki sifat yang sangat jahat ; pembunuh dan perusak. Jika sang raja membiarkan, maka hancurlah kota tersebut. Oleh sebab itu, raja dan perdana menteri harus berunding untuk menjadikan walikota dan polisinya berada dibawah kendali perdana menteri. Buahnya adalah kerajaan tenang dan kota mengalami kemakmuran.
Dalam hal ini peran hati hendaknya bisa mengendalikan syahwat serta meletakkan amarah dibawah kekuasaannya. Maka kondisi jiwapun akan tenang dan mampu mencapai sebab-sebab kebahagiannya dengan mengetahui dan mengenal kehadirat Ilahi. Jika kepemimpinan hati kurang kompeten dan meletakkan akal dibawah amarah dan syahwat, maka ia akan hancur dan hatinya akan menghadapi nestapa yang berkepanjangan di akhirat kelak.
Ingatlah bahwa hati itu mengikuti kehendak-Nya seperti dalam firman-Nya surah ali-Imran ayat 8 yang terjemahannya, "Mereka berdoa,) "Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami berpaling setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami dan anugerahkanlah kepada kami rahmat dari hadirat-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi."
Sikap orang yang ilmu pengetahuannya telah mendalam, mereka selalu berdoa dan berserah diri kepada Allah-Nya, bila mereka tidak sanggup lagi memikirkan ayat-ayat-Nya. Mereka berdoa kepada Allah SWT. agar selalu dipelihara, dipimpin, diberi petunjuk, dan jangan sampai mereka tergelincir ke jalan yang sesat setelah mereka mendapat petunjuk. Dari doa mereka dipahami bahwa yang mereka mohonkan itu bukanlah semata-mata keselamatan dan kebahagiaan duniawi, tetapi juga mereka memohon kebahagiaan dan keselamatan di akhirat.
Itulah hati akan selalu terjaga dan jiwa yang bahagia. Kadang kita dipertontonkan perkembangan akhir-akhir ini dimana hati yang tidak mampu berbuat sehingga dominasi nafsu menguasainya. Seseorang pemimpin yang ingin memindahkan ( mengusir ) suatu penduduk dengan alasan bahwa wilayah itu akan dibangun dan dijadikan "modern" bentuk arogansi yang menuju kezaliman.
Ya Allah, teguhkan hati kami dan para pemimpin khususnya, agar hati ini bisa mengendalikan nafsu syahwat dan amarah sehingga kami bisa memberikan kemanfaatan kepada sesama.
Aunur Rofiq
Penulis adalah Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih - Redaksi)
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
Kisah Wafatnya Nabi Sulaiman AS: Bukti Jin Tidak Mengetahui Hal Ghaib
Makanan Mengandung Babi Bersertifikat Halal Ditarik dari Peredaran
Makanan Mengandung Babi 'Berlabel Halal', BPJPH: Kami Selidiki dan Beri Sanksi