Idul Fitri, Fenomena Uang Baru dan Kedermawanan

Kolom Hikmah

Idul Fitri, Fenomena Uang Baru dan Kedermawanan

Zulfikar As - detikHikmah
Rabu, 02 Apr 2025 12:00 WIB
HM Zulfikar Asad
HM Zulfikar As'ad (Foto: Dok Pribadi)
Jakarta -

Kedatangan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal, sudah selayaknya disambut dengan penuh keceriaan dan kemenangan bagi umat Islam, terlebih bila dalam sebulan penuh Ramadhan ini mampu melaksanakan ibadah puasa sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT dan dicontohkan Rasulullah yaitu tidak hanya menahan diri dari makan dan minum tapi juga dari segala bentuk pelampiasan hawa nafsu pada waktu yang sudah ditentukan.

Namun demikian merayakan Idul Fitri bukan berarti "balas dendam" dengan makan minum yang serba lezat sepuas-puasnya sepanjang waktu, apalagi secara ekstrim mengekspresikan dengan berhura-hura. Bila seperti itu, tidak jarang dapat mengakibatkan hal yang sebaliknya atau bahkan mengakibatkan munculnya beberapa penyakit, terutama terkait pencernaan kita.

Tidak pula harus ditandai dengan mengenakan baju baru, pakaian baru dan semuanya serba baru, meski itu tidaklah dilarang. Terlebih lagi bila hanya untuk diri sendiri tanpa memperhatikan masyarakat disekelilingnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal itu adalah sebuah penyimpangan dari makna Idul Fitri itu sendiri. Yang harus ada dalam mindset kita, bahwa Idul Fitri adalah sebuah momentum terbaik untuk bersilaturrahim, saling bermaafan dengan seluruh handai taulan, kerabat dan tetangga, teman dan mitra dalam bekerja dll. Serta yang dapat lebih memberikan makna lebih yaitu ibadah horizontal kita dengan menjadikan Idul Fitri sebagai Hari kedermawanan, hari penuh kasih sayang dan hari perdamaian.

Menjadi hal yang sangat kita syukuri sebagai bangsa Indonesia adalah hal tersebut sudah menjadi budaya dan tradisi tidak hanya ummat Islam, tapi bagi seluruh masyarakat negara kita tercinta ini. Bahkan dari tradisi ini kemudian memunculkan fenomena "mudik" bagi keluarga kita yang karena sesuatu dan lain hal harus tinggal berada jauh dari keluarga dan kampung halamannya. Ini mungkin menjadi salah satu yang khas muslim di Indonesia, yang dibeberapa negara mayoritas muslim lain belum tentu dapat kita temukan.

ADVERTISEMENT

Meski juga kadang terjadi hal yang tidak diinginkan oleh kita semua, seperti halnya tingginya angka kecelakaan di jalan tol/jalan raya, sebagaimana yang terjadi beberapa waktu yang lalu, semoga dengan menjadikan kejadian tersebut sebagai pembelajaran yang terbaik, di tahun ini angka kecelakaan dapat ditekan dan segala kejadian negatif dampak dari mudik dapat kita antisipasi. Sejauh ini kita melihat pengaturan mudik yang semakin baik, misalnya kebijakan "oneway" yang diberlakukan pada jelang puncak mudik untuk jalur tol yang memang berresiko, demikian juga untuk arus balik nanti. Setidaknya ini dapat menunjukkan bahwa "Negara" senantiasa hadir ditengah fenomena mudik nasional Idul Fitri.

Fenomena Uang Baru

Apabila kita memperhatikan fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat kita berkenaan dengan tradisi merayakan Idul Fitri ini, kita akan dapat menemukan beberapa keunikan. Salah satunya adalah info meningkatnya kebutuhan uang baru di bank, yang tahun ini nampaknya lebih sulit didapatkan sehingga muncul lebih banyak lagi "penjual" uang baru dengan selisih harga yang cukup tinggi sebagaimana kita lihat beberapa hari sebelum tiba Idul Fitri, di banyak tempat yang berjajar di pinggir jalan.

Di sebagian tempat, momen ini dimanfaatkan sebagian orang untuk menjadi "calo dadakan" bagi orang yang tidak cukup waktu untuk mendapatkan uang baru tersebut. Untuk apakah uang pecahan baru tersebut?
Secara positif kita dapat memperkirakan bahwa lembaran baru itu akan dijadikan salah satu sarana untuk menjalankan tradisi mensyukuri nikmat dari Allah, berderma berbagi rizki dengan sesama. Orangtua untuk anak, kakek untuk para cucu, paman kepada keponakan atau dari para dermawan untuk para tetangga dan kerabat yang memang seharusnya berhak untuk turut bergembira menyambut datangnya Idul Fitri ini. Betapa luhurnya kegiatan ini, bila si pemberi dengan niat yang tulus karena Allah dan si penerima pun dengan senang hati menerimanya.

Kedermawanan adalah salah satu sifat baik yang dianjurkan dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dari beberapa ayat-ayat dalam Al Qur'an yang memerintahkan kita untuk menunaikan zakat, sedekah dan menafkahkan sebagian dari harta kita untuk jalan Allah, memperdulikan para fakir miskin, menghormati tamu dll. Yang berarti bahwa sebetulnya umat Islam yang baik haruslah umat yang berkualitas, mampu dan kaya, sehingga dapat menjalankan perintah Allah tersebut.

Kesemua hal di atas tentunya akan dapat dicapai dengan berikhtiar, bekerja keras dan tidak bermalas-malasan. Karena kita yakin bahwa Allah Maha Adil dalam segala hal, termasuk rezeki untuk semua mahluk-Nya yang memang mau bekerja dan berupaya, bahkan kepada seekor burung yang terbang mencari makan untuk anaknya yang tinggal di sarangnya, Allah memberinya.

Mudah-mudahan setelah melewati hari yang Fitri ini, kita terlahir menjadi orang yang lebih baik, setidaknya dapat mempertahankan amalan baik yang kita lakukan selama Ramadhan dan Idul Fitri ini, serta dipertemukan Ramadhan akan datang dalam keadaan lebih baik serta diberikan kesehatan oleh Allah SWT.

Dr. dr. HM. Zulfikar As'ad, MMR

Ketua Lembaga Kesehatan PBNU

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih - Redaksi)




(aeb/aeb)

Hide Ads