detikEdu telah menghimpun beberapa tanggapan siswa SMA terkait wacana penjurusan di SMA diadakan kembali. Simak apa pendapat mereka!
Lilith, Siswa SMA di Cilacap
Lilith, yang kini duduk di SMA kelas 10 di Cilacap sepakat jika diadakan kembali penjurusan. Menurutnya siswa akan lebih fokus untuk belajar. Selain itu, ketiadaan penjurusan menurutnya membuat siswa belajar materi yang tidak efisien.
"Tapi lebih baik kalau penjurusan dimulai di kelas 11 karena di kelas 10 bisa belajar semuanya dan bisa mengetahui dia cocok di bidang apa," jelasnya kepada detikEdu (16/4/2025), ditulis Kamis (17/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi alangkah lebih baik lagi kalau sistem pembelajaran nggak sering berubah-ubah karena itu nggak hanya merepotkan siswa, tapi guru juga," imbuhnya.
Lilith mengatakan, ketika pindah ke format penjurusan IPA/IPS/Bahasa nanti, awalnya ia mungkin merasa kerepotan. Terlebih dalam perspektif masyarakat, siswa yang masuk IPA merupakan siswa yang pandai, sedangkan siswa IPS anak nakal.
"Tapi asal pilih jurusan yang tepat sih kayanya ga repot sama kayanya ga bakal seberat yang dipikirin deh," kata Lilith.
Ajeng, Siswa SMA di Depok
Ajeng, siswa kelas 11 di Depok setuju dengan diadakannya kembali penjurusan di tingkat SMA. Menurutnya penjurusan IPA/IPS/Bahasa cukup general untuk memilih jurusan yang kelak akan lebih kompleks di perguruan tinggi.
"Jujur dari pengalaman di sekolah saya sendiri, guru belum terlalu siap buat mengatur jadwal dan kombinasi pelajaran yang beragam yang benar-benar sesuai dengan minat setiap siswa," kata Ajeng (16/4/2025).
"Dan apalagi untuk pengelompokan paket pembelajaran di sekolah saya cukup membingungkan karena dari kurikulum terlalu membebaskan untuk menyusun sendiri. Jadi terkadang ada pembelajaran yang tidak relevan," lanjut Ajeng.
Gabriella, Siswa SMA di Malang
Sementara, Gabriella, siswa SMA kelas 11 di Malang menyampaikan saat sekolah lain sudah mulai menerapkan Kurikulum Merdeka, sekolahnya baru mulai satu tahun setelahnya.
"Saya kan sudah kena penjurusan (tahun terakhir) kebetulan memang sekolah saya mundur 1 tahun kurikulumnya, jadi kayanya kalau penghidupan kembali penjurusan kurang cocok ya..," ujar Gabriella (16/4/2025).
Namun, ia mengaku lebih nyaman dengan adanya penjurusan.
"Jadi nggak harus belajar banyak materi yang nggak sesuai passion saya, terutama bagi saya masa SMA tuh juga masa saya cari passion saya di mana untuk jenjang selanjutnya yaitu kuliah," ungkapnya.
Hera, Siswa SMA di Malang
Hera, siswa SMA kelas 11 di Malang setuju apabila diadakan kembali penjurusan di SMA. Menurutnya, saat ini utamanya untuk persiapan kuliah, sebaiknya memang diadakan lagi penjurusan IPA/IPS/Bahasa di SMA sesuai dengan bakat, minat, dan keinginan siswa.
"Karena penjurusan di SMA ini menurut saya bisa membantu murid mempersiapkan masa depannya dan memilih jurusan yg berkaitan dgn penjurusan di SMA ini," terang Hera kepada detikEdu (16/4/2025).
Sebelumnya, organisasi guru dan praktisi pendidikan punya pandangan pro dan kontra tentang wacana yang kemungkinan besar akan dieksekusi sebagai kebijakan di Tahun Ajaran 2025/2026 ini.
Misalnya, Koordinator Nasional P2G Satriwan Salim menyampaikan dampak dan efektivitas penghapusan jurusan IPA/IPS/Bahasa belum dievaluasi secara komprehensif karena baru diterapkan belum lama.
Ia menyebut Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) sebaiknya tak langsung begitu saja menerapkan kebijakan yang mengubah struktur kurikulum yang sedang berjalan sebelum memberi waktu untuk masa transisi dan evaluasi.
"Paling cepat butuh waktu 6 tahun untuk menilai efektivitas implementasi kurikulum. Kemdikdasmen hendaknya membuat kajian akademik terlebih dulu yang melibatkan semua stakeholder pendidikan dengan meaningfull participation, sebelum membuat kebijakan strategis ," jelas Satriwan dalam keterangannya pada Senin (14/4/2025), dikutip Kamis (17/4/2025).
Pendapat lainnya diungkapkan oleh guru matematika SMA Negeri 1 Karanganyar Kebumen, Arif Dwi Hantoro. Menurutnya format jurusan IPA/IPS/Bahasa juga bisa diterapkan di kurikulum sekarang ini.
"Kalau kembali ke era diterapkan jurusan IPA, IPS, dan bahasa seperti dulu, menurut saya hal itu juga bisa diterapkan di kurikulum saat ini, penjurusan menjadi salah satu langkah siswa untuk bisa memfokuskan jurusan pilihannya," jelas Arif.
Arif menyebut sekarang ini ada kelas yang seluruhnya IPA, seluruhnya IPS, maupun campuran keduanya. Kendati demikian, terkadang murid kesulitan memetakan fokus belajarnya di mana.
Ia juga menilai jurusan-jurusan di universitas saat ini sepertinya masih fokus antara saintek dengan soshum. Maka, tidak bertentangan apabila penjurusan kembali diadakan. Menurutnya justru akan memudahkan siswa menentukan jurusan setelah lulus SMA.
"Selain itu, jika jadi UN diganti TKA penjurusan ini juga bisa menjadi materi yang diujikan sehingga bisa memulihkan kembali rasa tanggung jawab dan kompetisi antarsiswa untuk melakukan yang terbaik untuk mendapatkan hasil terbaik," ungkapnya.
Kalau menurut detikers, kalian sendiri setuju dengan diadakannya kembali penjurusan atau tidak nih?
(nah/nwk)