Kata Pakar, Stop Katakan 4 Kalimat Ini ke Anak karena Hambat Kesuksesan Mereka!

ADVERTISEMENT

Kata Pakar, Stop Katakan 4 Kalimat Ini ke Anak karena Hambat Kesuksesan Mereka!

Cicin Yulianti - detikEdu
Selasa, 08 Apr 2025 18:00 WIB
Ilustrasi Ibu dan Anak
Ilustrasi ibu dan anak. Foto: Getty Images/iStockphoto/Stock photo and footage
Jakarta -

Siapa orang tua yang tak mau melihat kesuksesan sang anak? Ternyata untuk mendukungnya orang tua bisa memulai dari hal sederhana, seperti berhenti mengucapkan kalimat-kalimat ini.

Willian Stixrud dan Ned Johnson, pakar pengasuhan anak dan penulis buku "The Self-Driven Child" mengatakan bahwa beberapa frasa dapat mempengaruhi pemahaman anak tentang kesuksesan, demikian dikutip dari CNBC Make It.

Stixrud dan Johnson telah melakukan penelitian terhadap anak-anak dalam mencari tahu pengaruh tersebut. Bahkan mereka punya total 65 tahun pengalaman dalam menangani masalah tentang perkembangan anak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka menemukan bahwa orang tua perlu berhenti mengatakan kalimat-kalimat ini untuk mendukung kesuksesan mereka di usia dewasa. Apa saja contohnya?

Kalimat yang Tak Dapat Menghambat Kesuksesan Anak

1. "Jika tak bekerja keras saat ini, maka kamu akan menyesali seumur hidup"

Terkadang orang tua mengatakan bahwa kemalasan anaknya dapat menjadi penyesalan seumur hidup. Padahal, menurut Stixrud dan Johnson teknik ini tak efektif dalam menumbuhkan motivasi.

ADVERTISEMENT

Menanamkan rasa takut cenderung membuat anak menghindari sesuatu. Tak jarang, anak menjadi stres karena memikirkan ketakutan ini.

Masalahnya, frasa demikian berada di luar jangkauan pengalaman anak. Bagi anak-anak yang masih TK atau SD, mereka bisa salah menanggapi kalimat tersebut.

Adapun kalimat pengganti yang bisa dituturkan contohnya, "Kamu belum menguasai [melakukan X], tetapi kamu bisa menjadi lebih baik dalam hal itu. Lihat seberapa jauh kamu telah melangkah!"

2. "Tugasku adalah menjagamu supaya selalu aman"

Kalimat selanjutnya yang tak perlu diucapkan kepada anak adalah tentang komitmen orang tua agar selalu menjaga mereka setiap saat. Faktanya, saat memasuki sekolah menengah waktu orang tua dan anak akan semakin berkurang.

Jika seorang anak merasa akan selalu dijaga atau dipastikan terlindungi orang tua, dampak buruknya akan menjadikan mereka gegabah. Mereka akan berpikir tak ada salahnya melakukan hal apapun karena selalu ada yang menjaga.

Stixrud dan Johnson menyarankan orang tua agar membiarkan anaknya bertanggung jawab atas kesalahan sendiri. Dengan begitu, pendewasaan anak bisa lebih baik.

Jika anak tak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, barulah orang tua ikut membantu mereka. Selain itu, orang tua juga harus memberikan edukasi tentang bahaya dari melakukan hal-hal yang dilarang.

3. "Saya menghukum kamu agar kamu belajar bahwa perilaku itu tak bisa diterima"

Hukuman adalah cara yang dilakukan banyak orang tua agar anak mematuhi perintahnya. Sebagian besar masih berpikir bahwa cara ini dilakukan untuk kebaikan mereka.

Akan tetapi, Stixrud dan Johnson menyebut bahwa hal ini dapat merusak hubungan dengan anak. Tindakan ini juga bisa membuat anak berbohong karena takut dihukum.

Coba katakan kalimat ini jika anak terbukti melakukan kesalahan, alih-alih menghukumnya:

"Ibu/Bapak merasa sangat kesal dengan apa yang baru saja terjadi dan Ibu/Bapak rasa kamu juga akan merasa demikian. Bisakah kita bicara nanti tentang cara mendapatkan hasil yang lebih baik jika hal ini terjadi lagi?"

4. "Kamu banyak menghabiskan waktu bersama ponselmu"

Kondisi anak-anak saat ini umumnya lebih banyak menghabiskan waktu dengan ponsel mereka daripada orang tua. Wajar saja orang tua berkata "Kamu terlalu banyak bermain dengan ponselmu!".

Alih-alih menunjukkan ketidaksukaan dengan kebiasaan bermain ponsel, orang tua bisa mencoba mengajak anak untuk mencoba hal-hal bermanfaat lewat bermain ponsel.

Selain itu, orang tua bisa menganggap teknologi ini sebagai cara untuk memperdekat jarak dengan mereka. Orang tua dan anak bisa mengabari dan bercerita kapan saja meski terpisah jarak.

Kalimat di atas bisa diganti dengan pertanyaan semacam ini:

"Berapa banyak waktu lagi yang kamu perlukan untuk menyelesaikan apa yang kamu lakukan? Saya tidak ingin menghentikanmu [melakukan hal X], tetapi Ibu/Bapak juga ingin kamu menggunakan ponsel dengan cara yang tampak seimbang."

Nah, itulah beberapa kalimat yang sebaiknya tak dilontarkan kepada anak untuk mendukung perkembangan diri mereka. Selamat mencoba.




(cyu/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads