Khutbah Jumat memiliki peran penting dalam mengingatkan umat Muslim tentang ajaran agama dan memperkuat akhlak.
Dari buku Khutbah Jumat Dan Penyempurnaan Akhlak oleh Dr. Abdul Kholik, S.H., M.Si., menjelaskan bahwa khutbah Jumat sebaiknya berisi ajaran agama yang membangun akhlak, karena akhlak memiliki kedudukan penting dalam Islam.
Rasulullah bersabda,
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."
Akhlak juga merupakan pokok ajaran Islam, bahkan salah satu definisi agama adalah akhlak yang baik. Akhlak yang baik akan memberatkan timbangan di hari kiamat, seperti disebutkan dalam hadits,
"Tidak ada sesuatu yang lebih memberatkan timbangan di hari kiamat selain akhlak yang baik." (HR Tirmidzi).
Dengan dasar pemahaman ini, khutbah Jumat di bulan Syawal menjadi momen yang sangat penting, karena seringkali berisi pengingat untuk menjaga semangat ibadah dan perbaikan akhlak, khususnya setelah bulan Ramadhan yang penuh berkah.
Khutbah Jumat di bulan Syawal sering berisi pengingat tentang pentingnya menjaga semangat ibadah setelah Ramadhan. Isi khutbah yang menyentuh hati ini biasanya mengajak jamaah untuk tetap konsisten dalam kebaikan dan memperbaiki diri. Pesan-pesan seperti ini terasa relevan, apalagi di masa transisi setelah sebulan penuh berpuasa.
Oleh karena itu, khutbah ini menjadi kesempatan yang baik untuk tidak hanya merayakan kemenangan setelah Ramadhan, tetapi juga untuk mengevaluasi diri dan melanjutkan perjuangan dalam memperbaiki diri.
Mari kita jadikan khutbah ini sebagai momentum untuk mengevaluasi diri dan terus berusaha meningkatkan kualitas ibadah, bukan hanya di bulan Ramadhan, tetapi sepanjang tahun.
Khutbah Jumat Syawal Menyentuh Hati
1. Khutbah Jumat Menjaga Semangat Ibadah di Bulan Syawal
Khutbah Pertama
إِ ﱠن اﻟْﺣَﻣْدَ ِ ﱠِ ﻧَﺣْﻣَدُهُ وَﻧَﺳْﺗَﻌِﯾْﻧُﮫُ وَﻧَﺳْﺗَﻐْﻔِرُهُ، وَﻧَﻌُوذُ ﺑِﺎِ ﻣِنْ ﺷُرُوْرِ أَﻧْﻔُﺳِﻧَﺎ وَﻣِنْ ﺳَ ﱢﯾﺋَﺎتِ أَﻋْﻣَﺎﻟِﻧَﺎ، ﻣَنْ ﯾَﮭْدِ ُﷲ ﻓَﻼَ ﻣُﺿِ ﱠل ﻟَﮫُ وَﻣَنْ ﯾُﺿْﻠِلْ ﻓَﻼَ ھَﺎدِيَ ﻟَﮫُ. أَﺷْﮭَدُ أَ ﱠن ﻻَ إِﻟَﮫَ إِﻻﱠ ُﷲ وَﺣْدَهُ ﻻَ ﺷَرِﯾْكَ ﻟَﮫُ وَأَﺷْﮭَدُ أَ ﱠن ﻣُﺣَ ﱠﻣدًا ﻋَﺑْدُهُ وَرَﺳُوْﻟُﮫُ
اَﻟﻠﱠﮭُ ﱠم ﺻَ ﱢل وَﺳَﻠﱢمْ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﺑِ ﱢﯾﻧَﺎ وَرَﺳُوْﻟِﻧَﺎ ﻣُﺣَ ﱠﻣدٍ ﺻَﻠﱠﻰ ا ُ ﻋَﻠَﯾْﮫِ وَﺳَﻠﱠمَ وَﻋَﻠَﻰ آﻟِﮫِ وَأَﺻْﺣَﺎﺑِﮫِ وَﻣَنْ ﺗَﺑِﻌَﮭُمْ ﺑِﺈِﺣْﺳَﺎنٍ إِﻟَﻰ ﯾَوْمِ اﻟ ﱢدﯾْنِ
ﯾَﺎ أَ ﱡﯾﮭَﺎ اﻟ ﱠﻧﺎسُ ا ﱠﺗﻘُوا رَ ﱠﺑﻛُمْ اﻟﱠذِي ﺧَﻠَﻘَﻛُمْ ﻣِنْ ﻧَﻔْسٍ وَاﺣِدَةٍ وَﺧَﻠَقَ ﻣِﻧْﮭَﺎ زَوْﺟَﮭَﺎ وَﺑَ ﱠث ﻣِﻧْﮭُﻣَﺎ رِﺟَﺎﻻً ﻛَﺛِﯾراً وَﻧِﺳَﺎءً وَاﺗ ﱠﺗﻘُوا ﱠَﷲ اﻟﱠذِي ﺗَﺗَﺳَﺎءَﻟُونَ ﺑِﮫِ وَاﻷَرْﺣَﺎمَ إِ ﱠن ﱠَﷲ ﻛَﺎنَ ﻋَﻠَﯾْﻛُمْ رَﻗِﯾﺑﺎً
ﯾَﺎ أَ ﱡﯾﮭَﺎ اﻟﱠذِﯾنَ آَﻣَﻧُوا ا ﱠﺗﻘُوا ﱠَﷲ ﺣَ ﱠق ﺗُﻘَﺎﺗِﮫِ وَﻻَ ﺗَﻣُوﺗُ ﱠن إِ ﱠﻻ وَأَﻧْﺗُمْ ﻣُﺳْﻠِﻣُونَ
ﯾَﺎ أَ ﱡﯾﮭَﺎ اﻟﱠذِﯾنَ آَﻣَﻧُوا ا ﱠﺗﻘُوا ﱠَﷲ وَﻗُوﻟُوا ﻗَوْﻻً ﺳَدِﯾدًا ، ﯾُﺻْﻠِﺢْ ﻟَﻛُمْ أَﻋْﻣَﺎﻟَﻛُمْ وَﯾَﻐْﻔِرْ ﻟَﻛُمْ ذُﻧُوﺑَﻛُمْ وَﻣَنْ ﯾُطِﻊِ ﱠَﷲ وَرَﺳُوﻟَﮫُ ﻓَﻘَدْ ﻓَﺎزَ ﻓَوْزًا ﻋَظِﯾﻣًﺎ
أَ ﱠﻣﺎ ﺑَﻌْدُ
Khutbah Pertama
إِ ﱠن اﻟْﺣَﻣْدَ ِ ﱠِ ﻧَﺣْﻣَدُهُ وَﻧَﺳْﺗَﻌِﯾْﻧُﮫُ وَﻧَﺳْﺗَﻐْﻔِرُهُ، وَﻧَﻌُوذُ ﺑِﺎِ ﻣِنْ ﺷُرُوْرِ أَﻧْﻔُﺳِﻧَﺎ وَﻣِنْ ﺳَ ﱢﯾﺋَﺎتِ أَﻋْﻣَﺎﻟِﻧَﺎ، ﻣَنْ ﯾَﮭْدِ ُﷲ ﻓَﻼَ ﻣُﺿِ ﱠل ﻟَﮫُ وَﻣَنْ ﯾُﺿْﻠِلْ ﻓَﻼَ ھَﺎدِيَ ﻟَﮫُ. أَﺷْﮭَدُ أَ ﱠن ﻻَ إِﻟَﮫَ إِﻻﱠ ُﷲ وَﺣْدَهُ ﻻَ ﺷَرِﯾْكَ ﻟَﮫُ وَأَﺷْﮭَدُ أَ ﱠن ﻣُﺣَ ﱠﻣدًا ﻋَﺑْدُهُ وَرَﺳُوْﻟُﮫُ
اَﻟﻠﱠﮭُ ﱠم ﺻَ ﱢل وَﺳَﻠﱢمْ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﺑِ ﱢﯾﻧَﺎ وَرَﺳُوْﻟِﻧَﺎ ﻣُﺣَ ﱠﻣدٍ ﺻَﻠﱠﻰ ا ُ ﻋَﻠَﯾْﮫِ وَﺳَﻠﱠمَ وَﻋَﻠَﻰ آﻟِﮫِ وَأَﺻْﺣَﺎﺑِﮫِ وَﻣَنْ ﺗَﺑِﻌَﮭُمْ ﺑِﺈِﺣْﺳَﺎنٍ إِﻟَﻰ ﯾَوْمِ اﻟ ﱢدﯾْنِ
ﯾَﺎ أَ ﱡﯾﮭَﺎ اﻟ ﱠﻧﺎسُ ا ﱠﺗﻘُوا رَ ﱠﺑﻛُمْ اﻟﱠذِي ﺧَﻠَﻘَﻛُمْ ﻣِنْ ﻧَﻔْسٍ وَاﺣِدَةٍ وَﺧَﻠَقَ ﻣِﻧْﮭَﺎ زَوْﺟَﮭَﺎ وَﺑَ ﱠث ﻣِﻧْﮭُﻣَﺎ رِﺟَﺎﻻً ﻛَﺛِﯾراً وَﻧِﺳَﺎءً وَاﺗ ﱠﺗﻘُوا ﱠَﷲ اﻟﱠذِي ﺗَﺗَﺳَﺎءَﻟُونَ ﺑِﮫِ وَاﻷَرْﺣَﺎمَ إِ ﱠن ﱠَﷲ ﻛَﺎنَ ﻋَﻠَﯾْﻛُمْ رَﻗِﯾﺑﺎً
ﯾَﺎ أَ ﱡﯾﮭَﺎ اﻟﱠذِﯾنَ آَﻣَﻧُوا ا ﱠﺗﻘُوا ﱠَﷲ ﺣَ ﱠق ﺗُﻘَﺎﺗِﮫِ وَﻻَ ﺗَﻣُوﺗُ ﱠن إِ ﱠﻻ وَأَﻧْﺗُمْ ﻣُﺳْﻠِﻣُونَ
ﯾَﺎ أَ ﱡﯾﮭَﺎ اﻟﱠذِﯾنَ آَﻣَﻧُوا ا ﱠﺗﻘُوا ﱠَﷲ وَﻗُوﻟُوا ﻗَوْﻻً ﺳَدِﯾدًا ، ﯾُﺻْﻠِﺢْ ﻟَﻛُمْ أَﻋْﻣَﺎﻟَﻛُمْ وَﯾَﻐْﻔِرْ ﻟَﻛُمْ ذُﻧُوﺑَﻛُمْ وَﻣَنْ ﯾُطِﻊِ ﱠَﷲ وَرَﺳُوﻟَﮫُ ﻓَﻘَدْ ﻓَﺎزَ ﻓَوْزًا ﻋَظِﯾﻣًﺎ
أَ ﱠﻣﺎ ﺑَﻌْدُ
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Segala puji dan syukur marilah kita haturkan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala atas limpahan nikmat dan karunia-Nya yang tak terhitung. Di antara nikmat terbesar adalah hidayah iman dan Islam, keamanan, kesehatan, serta rezeki yang halal dan mencukupi.
Berkat semua itu, kita dapat hadir di masjid ini dengan mudah dan selamat untuk menunaikan ibadah shalat Jumat, salah satu kewajiban dan syiar yang mulia dalam Islam. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua agar bisa mensyukuri nikmat-nikmat tersebut dengan sebaik-baiknya.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, penutup para nabi dan pemimpin seluruh umat manusia, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh kaum Muslimin yang mengikuti ajaran beliau dengan ikhlas.
Kami juga berpesan kepada seluruh jamaah dan diri pribadi agar senantiasa menjaga ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan sebenar-benarnya, sesuai kemampuan kita, di mana pun berada.
Dengan ketakwaan, Allah akan memudahkan segala urusan dan mencurahkan rezeki dari arah yang tidak terduga.
Sebagaimana firman-Nya dalam surat Ath-Thalaq ayat 2-3:
"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya."
Dan dalam ayat selanjutnya (Ath-Thalaq: 4), Allah juga berfirman:
"Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya."
Saat ini kita telah memasuki bulan Syawal setelah sebulan penuh beribadah di bulan Ramadhan. Semoga Allah menerima seluruh amal ibadah kita seperti puasa, shalat, sedekah, dan amal shalih lainnya.
Bulan Syawal juga merupakan bulan penuh keberkahan. Ia termasuk dalam rangkaian bulan haji, bulan untuk memperkuat ketaatan kepada Allah. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 197:
"(Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barangsiapa mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia berkata jorok (rafats), berbuat maksiat, dan bertengkar. Segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah Mengetahuinya. Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal."
Dalam Tafsir Ibnu Abbas, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan "bulan-bulan yang dimaklumi" adalah Syawal, Dzulqa'dah, dan sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah, di mana seseorang diperbolehkan untuk memulai ihram haji.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Munajjid menyebutkan bahwa pernikahan sangat dianjurkan dilangsungkan di bulan Syawal. Selain itu, bagi yang ingin mengqadha i'tikaf yang tertinggal pada bulan Ramadhan, maka Syawal menjadi waktu yang tepat untuk menggantinya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dikenal menjaga konsistensi dalam mengamalkan ibadah-ibadah sunnah. Salah satunya adalah i'tikaf. Beliau pernah tidak sempat beri'tikaf di bulan Ramadhan, lalu menggantinya dengan i'tikaf pada bulan Syawal.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Ketika Ramadhan, beragam ibadah terasa ringan dilakukan karena suasana mendukung: setan dibelenggu, pahala dilipatgandakan, dan lingkungan ramai dengan kebaikan. Namun, memasuki Syawal, semangat itu sering kali memudar.
Hal ini salah satunya karena setan kembali bebas menjalankan misinya: menyesatkan manusia dan menarik mereka menuju neraka, sebagaimana jalan yang ia tempuh.
Agar semangat ibadah tetap terjaga di bulan Syawal dan bulan-bulan berikutnya, ada beberapa hal penting yang bisa kita lakukan.
Pertama, kita harus menyadari bahwa istiqamah dalam ketaatan adalah tanda diterimanya amal. Hal ini dijelaskan dalam surat Al-Lail ayat 5-7:
"Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, serta meyakini adanya pahala terbaik (surga), maka Kami akan memudahkan baginya jalan menuju kemudahan."
Tentang ayat ini, Tafsir Ibnu Katsir mengutip pandangan sebagian ulama salaf yang berkata:
"Balasan dari sebuah kebaikan adalah kebaikan sesudahnya. Dan hukuman dari sebuah keburukan adalah keburukan setelahnya."
Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah menyampaikan bahwa kebiasaan melanjutkan puasa sunnah setelah Ramadhan menunjukkan diterimanya puasa Ramadhan. Beliau berkata:
"Sesungguhnya melakukan puasa kembali setelah Ramadhan merupakan sebuah tanda bagi diterimanya puasa Ramadhan. Allah, jika menerima suatu amalan dari seorang hamba, maka Dia akan memberinya taufik untuk mengerjakan amal shalih sesudahnya. Sebagian ulama mengatakan: 'Balasan dari kebaikan adalah kebaikan setelahnya.' Maka siapa yang mengerjakan kebaikan dan melanjutkannya dengan amal baik yang lain, itu adalah tanda bahwa amal sebelumnya diterima. Sebaliknya, jika seseorang melakukan kebaikan lalu diikuti dengan perbuatan buruk, maka itu pertanda amal sebelumnya tidak diterima." (Lathaif Al-Ma'arif, hlm. 388)
Sayangnya, pemahaman ini belum banyak disadari oleh kaum Muslimin. Evaluasi terhadap perkembangan spiritual setelah Ramadhan masih jarang dilakukan.
Kalau di bulan Ramadhan seseorang rajin ke masjid untuk shalat lima waktu, tapi setelahnya hanya hadir saat Jumat, maka perlu ditinjau kembali niat yang dulu dibawa ketika ke masjid.
Niat yang tidak lurus, tidak semata karena Allah, bisa menyebabkan amal tidak diterima. Maka bila setelah Ramadhan seseorang tak lagi mendapatkan taufik untuk ibadah, bisa jadi ini berkaitan dengan niat sebelumnya.
Demikian pula dengan puasa sunnah. Jika setelah Ramadhan seseorang tidak pernah menjalankan puasa sunnah, hal ini patut diwaspadai sebagai isyarat bahwa puasanya di bulan Ramadhan belum diterima.
Padahal, andai puasa Ramadhan ditolak, maka semua letih dan pengorbanan selama bulan suci itu tidak akan membuahkan ganjaran di akhirat, suatu kerugian besar. Oleh karena itu, kita perlu menjaga semangat ibadah pasca-Ramadhan.
Salah satu upaya yang bisa ditempuh adalah memilih lingkungan yang baik: berteman dengan orang-orang yang istiqamah dalam ibadah sepanjang tahun, bukan hanya ketika Ramadhan.
Biasanya, mereka yang konsisten sudah memiliki motivasi internal yang kuat untuk beribadah, tanpa menunggu dorongan dari luar.
Selain itu, memperbanyak mengingat kematian juga menjadi amalan yang sangat dianjurkan namun sering dilupakan. Mengingat mati bisa memperkuat semangat untuk terus taat kepada Allah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Perbanyaklah mengingat penghancur segala kenikmatan, yaitu kematian." (HR. Ibnu Majah no. 4258; At-Tirmidzi; An-Nasa'i; Ahmad)
Imam Abu Ali Ad-Daqaq rahimahullah pernah mengatakan:
"Barang siapa yang sering mengingat kematian, maka ia akan memperoleh tiga hal: ia akan segera bertaubat, hatinya menjadi qana'ah, dan ia akan rajin beribadah." (At-Tadzkirah, Al-Qurthubi: 4)
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menguatkan kita semua untuk terus beribadah dengan istiqamah hingga akhir hayat. Aamiin.
Khutbah Kedua:
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam surat Asy-Syarh: 7,
ﻓَﺎِذَا ﻓَرَﻏْتَ ﻓَﺎﻧْﺻَبْۙ - ٧
Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),
Dalam kitab tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah yang disusun oleh sekelompok ulama dijelaskan maksud ayat ini sebagai berikut:
"Jika kamu sudah selesai dari melakukan suatu amalan berupa dakwah dan ibadah maka bersungguh-sungguhlah dalam berdoa dan mohonlah kepada Allah kebutuhanmu. Dan juga bersungguh-sungguhlah dalam beribadah.
Maksudnya, apabila kamu sudah menyelesaikan suatu amal maka beralihlah kepada amal yang lain. Dengan demikian waktumu dipenuhi dengan berbagai amalan yang bermanfaat." [Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah jilid 2 hal. 779]
Dengan demikian, bila Ramadhan telah berlalu, kita tidak perlu larut dengan kesedihan atas perginya bulan yang penuh berkah tersebut. Kita diminta oleh Allah Ta'ala agar langsung menghadapkan diri kita kepada berbagai ibadah lainnya di bulan-bulan berikutnya.
Kita awali di bulan Syawal. Kita berusaha untuk menjalani berbagai ibadah yang wajib dan sunnah yang ada dengan etos amal yang tinggi. Bila hal ini sudah menjadi kebiasaan maka akan mudah bagi kita untuk menjaga stabilitas pelaksanaan amal kebaikan di bulan-bulan berikutnya dengan izin Allah.
Dengan senantiasa mengingat perintah Allah Ta'ala dalam surat Asy-Syarh yang sudah kita hafal ini, kita tidak akan pernah kehilangan semangat untuk beramal shaleh insyaallah.
Kita tidak akan banyak terpengaruh oleh situasi di luar diri kita. Fluktuasi amal itu biasa namun tidak sampai kepada tingkat futur atau malas beramal lalu meninggalkannya sama sekali.
Semoga Allah Ta'ala mengaruniakan kepada kita semua taufik untuk istiqamah beribadah kepada-Nya hingga ajal tiba.
إِ ﱠن ﱠَﷲ وَﻣَﻼَﺋِﻛَﺗَﮫُ ﯾُﺻَﻠﱡونَ ﻋَﻠَﻰ اﻟ ﱠﻧﺑِ ﱢﻲ ﯾَﺎ أَ ﱡﯾﮭَﺎ اﻟﱠذِﯾنَ آﻣَﻧُوا ﺻَﻠﱡوا ﻋَﻠَﯾْﮫِ وَﺳَﻠﱢﻣُوا ﺗَﺳْﻠِﯾﻣﺎً
اَﻟﻠﱠﮭُ ﱠم ﺻَ ﱢل ﻋَﻠَﻰ ﻣُﺣَ ﱠﻣدٍ وَﻋَﻠَﻰ آلِ ﻣُﺣَ ﱠﻣدٍ ﻛَﻣَﺎ ﺻَﻠﱠﯾْتَ ﻋَﻠَﻰ إِﺑْرَاھِﯾْمَ وَﻋَﻠَﻰ آلِ إِﺑْرَاھِﯾْمَ، إِ ﱠﻧكَ ﺣَﻣِﯾْدٌ ﻣَﺟِﯾْدٌ. وَﺑَﺎرِكْ ﻋَﻠَﻰ ﻣُﺣَ ﱠﻣدٍ وَﻋَﻠَﻰ آلِ ﻣُﺣَ ﱠﻣدٍ ﻛَﻣَﺎ ﺑَﺎرَﻛْتَ ﻋَﻠَﻰ إِﺑْرَاھِﯾْمَ وَﻋَﻠَﻰ آلِ إِﺑْرَاھِﯾْمَ، إِ ﱠﻧكَ ﺣَﻣِﯾْدٌ ﻣَﺟِﯾْدٌ
اﻟﻠﱠﮭُ ﱠم اﻏْﻔِرْ ﻟِﻠْﻣُﺳْﻠِﻣِﯾْنَ وَ اْﻟﻣُﺳْﻠِﻣَﺎتِ وَ اﻟْﻣُؤْﻣِﻧِﯾْنَ وَ اﻟْﻣُؤْﻣِﻧَﺎتِ اْﻷَﺣْﯾَﺎءِ ﻣِﻧْﮭُمْ وَ اْﻷَﻣْوَاتِ
اﻟﻠﱠﮭُ ﱠم أَﻋِ ﱠز اﻹِْﺳْﻼَمَ وَ اْﻟﻣُﺳْﻠِﻣِﯾْنَ وَ أَھْﻠِكِ اْﻟﻛَﻔَرَةَ وَ اْﻟﻣُﺷْرِﻛِﯾْﻧنَ وَ دَ ﱢﻣرْ أَﻋْدَاءَكَ أَﻋْدَاءَ اﻟ ﱢدﯾْنِ
اﻟﻠﱠﮭُ ﱠم أَﻟﱢفْ ﺑَﯾْنَ ﻗُﻠُوﺑِﻧَﺎ، وَأَﺻْﻠِﺢْ ذَاتَ ﺑَﯾْﻧِﻧَﺎ، وَاھْدِﻧَﺎ ﺳُﺑُلَ اﻟ ﱠﺳﻼَمِ، وَﻧَ ﱢﺟﻧَﺎ ﻣِنَ اﻟ ﱡظﻠُﻣَﺎتِ إِﻟَﻰ اﻟ ﱡﻧورِ، وَﺟَ ﱢﻧﺑْﻧَﺎ اﻟْﻔَوَاﺣِشَ ﻣَﺎ ظَﮭَرَ ﻣِﻧْﮭَﺎ وَﻣَﺎ ﺑَطَنَ، وَﺑَﺎرِكْ ﻟَﻧَﺎ ﻓِﻲ أَﺳْﻣَﺎﻋِﻧَﺎ، وَأَﺑْﺻَﺎرِﻧَﺎ، وَﻗُﻠُوﺑِﻧَﺎ، وَأَزْوَاﺟِﻧَﺎ، وَذُ ﱢر ﱠﯾﺎﺗِﻧَﺎ، وَﺗُبْ ﻋَﻠَﯾْﻧَﺎ إِ ﱠﻧكَ أَﻧْتَ اﻟ ﱠﺗ ﱠوابُ اﻟ ﱠرﺣِﯾﻣﯾمُ
اَﻟﻠﱠﮭُ ﱠم أَﺻْﻠِﺢْ ﻟَﻧَﺎ دِﯾْﻧَﻧَﺎ اﻟﱠذِيْ ھُوَ ﻋِﺻْﻣَﺔُ أَﻣْرِﻧَﺎ، وَأَﺻْﻠِﺢْ ﻟَﻧَﺎ دُﻧْﯾﯾَﺎﻧَﺎ اﻟﱠﺗِﻲْ ﻓِﯾْﮭَﺎ ﻣَﻌَﺎﺷُﻧَﺎ، وَأَﺻْﻠِﺢْ ﻟَﻧَﺎ آﺧِرَﺗَﻧَﺎ اﻟﻠﱠﺗِﻲْ إِﻟَﯾْﮭَﺎ ﻣَﻌَﺎدُﻧَﺎ، وَاﺟْﻌَلِ اﻟْﺣَﯾَﺎةَ زِﯾَﺎدَةً ﻟَﻧَﺎ ﻓِﻲْ ﻛُ ﱢل ﺧَﯾْرٍ، وَاﺟْﻌَلِ اﻟْﻣَوْتَ رَاﺣَﺔً ﻟَﻧَﺎ ﻣِنْ ﻛُ ﱢل ﺷَ ﱟر
رَ ﱠﺑﻧَﺎ ھَبْ ﻟَﻧَﺎ ﻣِنْ أَزْٰوَﺟِﻧَﺎ وَذُ ﱢر ﱠﯾٰـﺗِﻧَﺎ ﻗُ ﱠرةَ أَﻋْﯾُنٍ وَٱﺟْﻌَﻠْﻧَﺎ ﻟِﻠْﻣُ ﱠﺗﻘِﯾنَ إِﻣَﺎﻣًﺎ
رَ ﱠﺑﻧَﺎ ﻻَ ﺗُزِغْ ﻗُﻠُوﺑَﻧَﺎ ﺑَﻌْدَ إِذْ ھَدَﯾْﺗَﻧَﺎ وَھَبْ ﻟَﻧَﺎ ﻣِن ﻟﱠدُﻧكَ رَﺣْﻣَﺔً ۚ إِ ﱠﻧكَ أَﻧتَ اﻟْوَ ﱠھﺎبُ
رَ ﱠﺑﻧَﺎ اﻏْﻔِرْ ﻟَﻧَﺎ وَﻹِﺧْوَاﻧِﻧَﺎ اﻟﱠذِﯾْنَ ﺳَﺑَﻘُوْﻧَﺎ ﺑِﺎْﻹِﯾْﻣَﺎنِ وَﻻَﺗَﺟْﻌَلْ ﻓِﻲْ ﻗُﻠُوْﺑِﻧَﺎ ﻏِﻼًّ ﻟﱢﻠﱠذِﯾْنَ ءَاﻣَﻧُوْا رَ ﱠﺑﻧَﺎ إِ ﱠﻧكَ رَءءُوْفٌ ﱠرﺣِﯾْمٌ. رَ ﱠﺑﻧَﺎ آﺗِﻧَﺎ ﻓِﻲ اﻟ ﱡدﻧْﯾَﺎ ﺣَﺳَﻧَﺔً وَﻓِﻲ اﻵﺧِرَةِ ﺣَﺳَﻧَﺔً وَﻗِﻧَﺎ ﻋَذَابَ اﻟ ﱠﻧﺎرِ
وَ ﺻَﻠﱠﻰ ُﷲ ﻋَﻠَﻰ ﺳَ ﱢﯾدِﻧَﺎ ﻣُﺣَ ﱠﻣدٍ وَ ﻋَﻠَﻰ آﻟِﮫِ وَ ﺻَﺣْﺑِﮫِ أَﺟْﻣَﻌِﯾْنَ. ﺳُﺑْﺣَﺎﻧَنَ رَ ﱢﺑكَ رَ ﱢب اﻟْﻌِ ﱠزةِ ﻋَ ﱠﻣﺎ ﯾَﺻِﻔُوْنَ, وَ ﺳَﻼَمٌ ﻋَﻠَﻰ اﻟْﻣُرْﺳَﻠِﯾْنَ, وَ اﻟْﺣَﻣْدُ ِ رَ ﱢب اﻟْﻌَﺎﻟَﻣِﯾْنَ
2. Khutbah Jumat Melanjutkan Amalan Setelah Ramadhan
Khutbah Pertama
اﻟﺣﻣد ربِّ اﻟﻌﺎﻟﻣﯾن واﻟْﻌﺎﻗِﺑَﺔُ ﻟِﻠْﻣُﺗﱠﻘﯾن وﻻ ﻋُدْوانَ إ ﱠﻻ ﻋَﻠﻰ اﻟ ﱠظﺎﻟﻣِﯾن وأﺷﮭد أنْ ﻻ إﻟﮫ إﻻﷲ وﺣده ﻻ ﺷرﯾك ﻟﮫ ر ﱠب اﻟْﻌﺎﻟﻣﯾن وإﻟَﮫَ اﻟﻣُرْﺳﻠﯾن وﻗَﯾﱡوْمَ اﻟ ﱠﺳﻣواتِ واﻷَرَﺿِﯾن وأﺷﮭد أن ﻣﺣﻣدا ﻋﺑده ورﺳوﻟﮫ اﻟﻣﺑﻌوثُ ﺑﺎﻟﻛﺗﺎبِ اﻟﻣُﺑﯾن اﻟﻔﺎرِقِ ﺑَﯾْنَ اﻟﮭُدى واﻟ ﱠﺿﻼلِ واﻟْﻐَﻲِّ واﻟ ﱠرﺷﺎدِ واﻟ ﱠﺷكِّ وَاﻟْﯾَﻘِﯾن واﻟ ﱠﺻﻼةُ واﻟ ﱠﺳﻼمُ ﻋَﻠﻰ ﺣَﺑِﯾْﺑِﻧﺎ و ﺷَﻔِﯾْﻌِﻧﺎ ﻣُﺣ ﱠﻣدٍ ﺳَﯾِّدِ اﻟﻣُرْﺳﻠﯾن و إﻣﺎمِ اﻟﻣﮭﺗَدﯾن و ﻗﺎﺋِدِ اﻟﻣﺟﺎھدﯾن وﻋﻠﻰ آﻟﮫ وﺻﺣﺑﮫ أﺟﻣﻌﯾن
ﻓﯾﺎأﯾﮭﺎ اﻟﻣﺳﻠﻣون أوﺻﯾﻛم وإﯾﺎي ﺑﺗﻘوى ﷲ ﻋز وﺟل واﻟﺗﱠﻣَ ﱡﺳكِ ﺑﮭذا اﻟدِّﯾن ﺗَﻣَ ﱡﺳﻛًﺎ ﻗَوِﯾ ﺎ. ﻓﻘﺎل ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻲ ﻛﺗﺎﺑﮫ اﻟﻛرﯾم، أﻋوذ ﺑﺎ ﻣن اﻟﺷﯾطﺎن ، اﻟرﺟﯾم "ﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠذِﯾنَ آَﻣَﻧُوا اﺗﱠﻘُوا ﱠَ ﺣَ ﱠﻖ ﺗُﻘَﺎﺗِﮫِ وَﻻَ ﺗَﻣُوﺗُ ﱠن إِ ﱠﻻ وَأَﻧْﺗُمْ ﻣُﺳْﻠِﻣُونَ
ﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﻧﱠﺎسُ اﺗﱠﻘُوا رَﺑﱠﻛُمُ اﻟﱠذِي ﺧَﻠَﻘَﻛُمْ ﻣِنْ ﻧَﻔْسٍ وَاﺣِدَةٍ وَﺧَﻠَﻖَ ﻣِﻧْﮭَﺎ زَوْﺟَﮭَﺎ وَﺑَ ﱠث ﻣِﻧْﮭُﻣَﺎ رِﺟَﺎﻻً ﻛَﺛِﯾرًا وَﻧِﺳَﺎءً وَاﺗﱠﻘُوا ﱠَ اﻟﱠذِي ﺗَﺳَﺎءَﻟُونَ ﺑِﮫِ وَاﻷَْرْﺣَﺎمَ إِ ﱠن ﱠَ ﻛَﺎنَ ﻋَﻠَﯾْﻛُمْ رَﻗِﯾﺑًﺎ
ﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠذِﯾنَ آَﻣَﻧُوا اﺗﱠﻘُوا ﱠَ وَﻗُوﻟُوا ﻗَوْﻻً ﺳَدِﯾدًا ﯾُﺻْﻠِﺢْ ﻟَﻛُمْ أَﻋْﻣَﺎﻟَﻛُمْ وَﯾَﻐْﻔِرْ ﻟَﻛُمْ ذُﻧُوﺑَﻛُمْ وَﻣَنْ ﯾُطِﻊِ ﱠَ وَرَﺳُوﻟَﮫُ ﻓَﻘَدْ ﻓَﺎزَ ﻓَوْزًا ﻋَظِﯾﻣًﺎ
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang telah memberikan kita nikmat kehidupan, nikmat iman, dan nikmat kesempatan untuk bertemu dengan hari yang mulia ini, hari Jumat. Semoga salawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Saudaraku yang dirahmati Allah,
Dalam kehidupan seorang Muslim, setiap waktu adalah kesempatan untuk beramal baik dan mendekatkan diri kepada Allah. Namun, sering kali kita merasa kehilangan semangat setelah menyelesaikan suatu ibadah atau bulan penuh berkah, seperti Ramadhan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengingatkan kita dalam Al-Qur'an, tepatnya dalam Surat Asy-Syarh ayat 7:
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ
Artinya: "Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),"
Ayat ini mengajarkan kita untuk tidak berdiam diri setelah selesai melaksanakan suatu amal. Dalam tafsir yang disebutkan dalam Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah yang disusun oleh para ulama, dijelaskan bahwa setelah seseorang menyelesaikan suatu amalan, baik itu dakwah, ibadah, atau hal-hal lain yang mendekatkan diri kepada Allah, kita dianjurkan untuk terus melanjutkan dengan amal yang lainnya. Sehingga, waktu kita senantiasa dipenuhi dengan kegiatan yang bermanfaat, baik untuk diri kita sendiri maupun bagi orang lain.
Ramadhan telah berlalu, dan sering kali kita merasa kehilangan energi untuk terus beribadah. Namun, Allah Ta'ala mengajarkan kita untuk tidak terlarut dalam kesedihan atau penyesalan. Kita harus segera beralih dan mengisi waktu kita dengan amal-amal baik lainnya.
Saat ini, kita memasuki bulan Syawal, bulan yang penuh dengan keberkahan. Marilah kita menyambut bulan ini dengan semangat yang tinggi untuk melaksanakan ibadah wajib dan sunnah, dengan penuh keikhlasan dan ketekunan. Jika kita dapat menjadikan kebiasaan ini dalam hidup kita, maka insyaAllah kita akan lebih mudah menjaga konsistensi ibadah kita di bulan-bulan berikutnya. Kita harus menyadari bahwa menjaga semangat beramal tidak hanya berlaku pada bulan tertentu.
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita menghadapi berbagai tantangan dan godaan yang bisa membuat kita lelah atau merasa malas. Namun, dengan selalu mengingat perintah Allah Ta'ala dalam Surat Asy-Syarh ini, kita diingatkan untuk tidak pernah berhenti berusaha, meskipun terkadang kondisi di luar diri kita berubah.
Amal itu memang berfluktuasi, namun kita tidak boleh membiarkan diri kita terjatuh pada rasa malas yang membuat kita meninggalkan amal sama sekali.
Khutbah Kedua
Saudaraku yang dirahmati Allah, semoga Allah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua untuk tetap istiqomah dalam beribadah kepada-Nya. Semoga setiap amal yang kita lakukan senantiasa diterima dan membawa manfaat yang berkelanjutan, tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat nanti.
Mengakhiri khutbah Jumat syawal ini, marilah kita berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
إِ ﱠن ﱠَ وَﻣَﻼَﺋِﻛَﺗَﮫُ ﯾُﺻَﻠﱡونَ ﻋَﻠَﻰ اﻟﻧﱠﺑِﻲِّ ﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠذِﯾنَ آَﻣَﻧُوا ﺻَﻠﱡوا ﻋَﻠَﯾْﮫِ وَﺳَﻠِّﻣُوا ﺗَﺳْﻠِﯾﻣًﺎ
اَﻟﻠﱠﮭُ ﱠم ﺻَلِّ ﻋَﻠﻰَ ﻣُﺣَ ﱠﻣدٍ وَﻋَﻠﻰَ آلِ ﻣُﺣَ ﱠﻣدٍ ﻛَﻣﺎَ ﺻَﻠﱠﯾْتَ ﻋَﻠﻰَ إِﺑْرَاھِﯾْمَ وَﻋَﻠﻰَ آلِ إِﺑْرَاھِﯾْمَ إِﻧـﱠكَ ﺣَﻣِﯾْدٌ ﻣَﺟِﯾْدٌ اَﻟﻠﱠﮭُ ﱠم ﺑﺎَرِكْ ﻋَﻠﻰَ ﻣُﺣَ ﱠﻣدٍ وَﻋَﻠﻰَ آلِ ﻣُﺣَ ﱠﻣدٍ ﻛَﻣﺎَ ﺑﺎَرَﻛْتَ ﻋَﻠﻰَ إِﺑْرَاھِﯾْمَ وَﻋَﻠﻰَ آلِ إِﺑْرَاھِﯾْمَ إِﻧـﱠكَ ﺣَﻣِﯾْدٌ ﻣَﺟِﯾْدٌ
اﻟﻠﱠﮭُ ﱠم اﻏْﻔِرْ ﻟِﻠْﻣُؤْﻣِﻧِﯾْنَ وَاﻟْﻣُؤْﻣِﻧَﺎتِ، وَاﻟْﻣُﺳْﻠِﻣِﯾْنَ وَاﻟْﻣُﺳْﻠِﻣَﺎتِ، اﻷَﺣْﯾَﺎءِ ﻣِﻧْﮭُمْ وَاﻷَﻣْوَاتِ، إِﻧﱠكَ ﺳَﻣِﯾْﻊٌ ﻗَرِﯾْبٌ ﻣُﺟِﯾْبُ اﻟ ﱡدﻋَﺎءِ رَﺑﱠﻧَﺎ اﻏْﻔِرْ ﻟَﻧَﺎ وَﻹِِﺧْوَاﻧِﻧَﺎ اﻟﱠذِﯾنَ ﺳَﺑَﻘُوﻧَﺎ ﺑِﺎﻹِْﯾﻣَﺎنِ وَﻻَ ﺗَﺟْﻌَلْ ﻓِﻲ ﻗُﻠُوﺑِﻧَﺎ ﻏِ ﻼ ﻟِﻠﱠذِﯾنَ آَﻣَﻧُوا رَﺑﱠﻧَﺎ إِﻧﱠكَ رَءُوفٌ رَﺣِﯾمٌ
رَﺑﱠﻧَﺎ ﻻَ ﺗُزِغْ ﻗُﻠُوﺑَﻧَﺎ ﺑَﻌْدَ إِذْ ھَدَﯾْﺗَﻧَﺎ وَھَبْ ﻟَﻧَﺎ ﻣِنْ ﻟَدُﻧْكَ رَﺣْﻣَﺔً إِﻧﱠكَ أَﻧْتَ اﻟْوَ ﱠھﺎبُ
اﻟﻠﱠﮭُ ﱠم اﺟْﻌَلْ ﺟَﻣْﻌَﻧَﺎ ھَذَا ﺟَﻣْﻌًﺎ ﻣَرْﺣُوْﻣًﺎ، وَاﺟْﻌَلْ ﺗَﻔَ ﱡرﻗَﻧَﺎ ﻣِنْ ﺑَﻌْدِهِ ﺗَﻔَ ﱡرﻗًﺎ ﻣَﻌْﺻُوْﻣًﺎ، وَﻻ ﺗَدَعْ ﻓِﯾْﻧَﺎ وَﻻ ﻣَﻌَﻧَﺎ ﺷَﻘِﯾ ﺎ وَﻻ ﻣَﺣْرُوْﻣًﺎ اﻟﻠﱠﮭُ ﱠم إِﻧﱠﺎ ﻧَﺳْﺄَﻟُكَ اﻟْﮭُدَى وَاﻟﺗﱡﻘَﻰ وَاﻟﻌَﻔَﺎفَ وَاﻟﻐِﻧَﻰ
اﻟﻠﱠﮭُ ﱠم أَﻋِ ﱠز اﻹِﺳْﻼَمَ وَاﻟْﻣُﺳْﻠِﻣِﯾْنَ، وَوَﺣِّدِ اﻟﻠﱠﮭُ ﱠم ﺻُﻔُوْﻓَﮭُمْ، وَأَﺟْﻣِﻊْ ﻛَﻠِﻣَﺗَﮭُمْ ﻋَﻠَﻰ اﻟﺣَﻖِّ، وَاﻛْﺳِرْ ﺷَوْﻛَﺔَ اﻟ ﱠظﺎﻟِﻣِﯾنَ، وَاﻛْﺗُبِ اﻟ ﱠﺳﻼَمَ وَاﻷَﻣْنَ ﻟِﻌِﺑﺎدِكَ أَﺟْﻣَﻌِﯾنَ اﻟﻠﱠﮭُ ﱠم أَﻧْزِلْ ﻋَﻠَﯾْﻧَﺎ ﻣِنْ ﺑَرَﻛَﺎتِ اﻟ ﱠﺳﻣَﺎء وَأَﺧْرِجْ ﻟَﻧَﺎ ﻣِنْ ﺧَﯾْرَاتِ اﻷَرْضِ، وَﺑَﺎرِكْ ﻟَﻧَﺎ ﻓﻲ ﺛِﻣَﺎرِﻧَﺎ وَزُرُوْﻋِﻧَﺎ وﻛُلِّ أَرزَاﻗِﻧَﺎ ﯾَﺎ ذَا اﻟْﺟَﻼَلِ وَاﻹِﻛْرَامِ
رَﺑﱠﻧَﺎ آﺗِﻧَﺎ ﻓﻲ اﻟ ﱡدﻧْﯾَﺎ ﺣَﺳَﻧَﺔً وَﻓﻲ اﻵﺧِرَةِ ﺣَﺳَﻧَﺔً وَﻗِﻧَﺎ ﻋَذَابَ اﻟﻧﱠﺎرِ
ﻋِﺑَﺎدَ ِﷲ :إِ ﱠن َﷲ ﯾَﺄْﻣُرُ ﺑِﺎﻟْﻌَدْلِ وَاﻹِﺣْﺳَﺎنِ وَإِﯾْﺗَﺎءِ ذِي اﻟﻘُرْﺑَﻰ وَﯾَﻧْﮭَﻰ ﻋَنِ اﻟْﻔَﺣْﺷَﺎءِ وَاﻟْﻣُﻧْﻛَرِ وَاﻟْﺑَﻐْﻲِ ﯾَﻌِظُﻛُمْ ﻟَﻌَﻠﱠﻛُمْ ﺗَذَ ﱠﻛرُوْنَ
Aamiin ya Rabbal 'Alamin.
(inf/lus)
Komentar Terbanyak
Kisah Wafatnya Nabi Sulaiman AS: Bukti Jin Tidak Mengetahui Hal Ghaib
Makanan Mengandung Babi Bersertifikat Halal Ditarik dari Peredaran
Makanan Mengandung Babi 'Berlabel Halal', BPJPH: Kami Selidiki dan Beri Sanksi