Nusaibah binti Ka'ab yang juga dikenal dengan Ummu Umarah adalah salah satu sahabat wanita Nabi Muhammad SAW yang dikenal akan keberanian dan pengorbanannya di jalan Allah. Meskipun seorang wanita, beliau tak gentar turun ke medan perang demi membela Rasulullah SAW dan agama Islam.
Kisah kepahlawanan Nusaibah binti Ka'ab menjadi teladan luar biasa bagi umat Islam dalam menegakkan kebenaran. Dari keberaniannya, kita dapat belajar arti sejati dari pengorbanan, keikhlasan, dan loyalitas terhadap ajaran Islam.
Kisah Nusaibah binti Ka'ab Ikut Perang Uhud
Dalam buku Nukilan Tarikh karya Hasan Zein Mahmud disebutkan bahwa Nusaibah binti Ka'ab turut serta dalam Perang Uhud bersama suaminya, Ghaziyah bin Amru. Pada awalnya, peran yang ia jalankan adalah membantu logistik dan keperluan medis bersama para wanita lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyediakan air minum bagi para prajurit Muslim dan merawat mereka yang terluka. Namun, saat situasi menjadi semakin kacau karena para pemanah Muslim mengabaikan perintah Rasulullah SAW, keselamatan beliau pun terancam.
Melihat Rasulullah SAW dikepung oleh serangan musuh tanpa perlindungan, Nusaibah segera mengambil senjata dan bergabung bersama para pasukan untuk membentuk barisan pertahanan demi melindungi beliau.
Diceritakan dalam buku Setitik Cahaya di Samudra Kehidupan karya Nurdin Hidayat bahwa keberanian Nusaibah dalam menghadapi musuh sangat mengagumkan. Ia bahkan melilitkan ikat pinggang di perutnya dan tetap bertempur meski tubuhnya penuh luka.
Dalam sebuah riwayat disebutkan, Nusaibah bertempur dengan penuh semangat tanpa memedulikan kondisi tubuhnya yang terluka demi mempertahankan Rasulullah SAW. Setidaknya terdapat 12 luka di tubuhnya, dengan luka di bagian leher sebagai yang paling parah.
Namun luar biasanya, Nusaibah tidak pernah mengeluh atau menunjukkan rasa sakit sedikit pun. Ketika Rasulullah SAW menyaksikan luka-lukanya, beliau bersabda, "Wahai Abdullah, balutlah luka ibumu! Ya Allah, jadikanlah Nusaibah dan anaknya sebagai sahabatku di surga."
Mendengar doa tersebut, semangat juang Nusaibah semakin berkobar, dan ia kembali melanjutkan pertempuran untuk membela Islam tanpa ragu.
Melindungi Rasulullah SAW
Dirangkum dari buku 100 Muslim Paling Berpengaruh dan Terhebat Sepanjang Sejarah karya Teguh Pramono, Nusaibah binti Ka'ab pernah mengisahkan pengalamannya dalam Perang Uhud.
Ia menyaksikan bagaimana sebagian besar pasukan Muslim menjauh dari Rasulullah SAW, hingga hanya tersisa kelompok kecil yang berjumlah kurang dari sepuluh orang yang bertahan di sisi beliau.
Nusaibah bersama suaminya dan dua orang anaknya berada di garis depan demi melindungi Nabi SAW. Ketika Rasulullah melihat dirinya tanpa perisai, beliau meminta seorang lelaki yang sedang bersembunyi sambil membawa perisai untuk memberikannya kepada Nusaibah. Ia pun menangkap perisai itu dan menggunakannya untuk menjaga Rasulullah SAW dari serangan musuh.
Saat pasukan berkuda musuh menyerang, Nusaibah dengan cekatan menahan serangan mereka. Ketika salah satu prajurit musuh berusaha menyerangnya dengan pedang, ia segera memukul kaki kuda lawan hingga prajurit tersebut terjatuh.
Rasulullah SAW yang melihat aksi itu segera berseru, "Wahai putra Ummu Umarah! Bantulah ibumu!" Putranya pun segera membantu hingga mereka berhasil mengalahkan musuh tersebut.
Abdullah bin Zaid, putra Nusaibah, menceritakan bahwa saat itu ia mengalami luka cukup parah hingga darah terus mengalir. Rasulullah SAW memintanya membalut luka, dan sang ibu yang tengah menghadapi musuh segera menghampirinya dengan membawa sobekan kain dari ikat pinggangnya untuk membalut luka sang anak, sementara Rasulullah menyaksikan langsung peristiwa itu.
Usai membalut luka, Nusaibah berkata kepada putranya, "Bangkit dan seranglah musuh bersamaku!" Hal ini membuat Rasulullah SAW memuji keberaniannya, seraya berkata, "Siapa lagi yang mampu berbuat seperti ini selainmu, wahai Ummu Umarah?"
Ketika datang musuh yang telah melukai anaknya, Rasulullah pun menunjukkannya dan Nusaibah langsung menyerang betis orang itu hingga tersungkur. Rasulullah tersenyum menyaksikan kejadian itu dan berkata, "Engkau telah membalasnya, wahai Ummu Umarah."
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, muncul gelombang kemurtadan yang dipimpin oleh Musailamah al-Kadzab. Saat Khalifah Abu Bakar memutuskan untuk memerangi kelompok tersebut, Nusaibah dengan sigap memohon izin untuk ikut serta dalam pasukan.
Dalam peperangan itu, ia mengalami cobaan berat: putranya, Habib, ditawan dan disiksa hingga syahid dengan cara yang tragis oleh Musailamah.
Namun, dalam Perang Yamamah, Nusaibah dan anaknya yang lain, Abdullah, turut serta dalam pertempuran besar itu. Mereka berhasil membunuh Musailamah al-Kadzab.
Beberapa tahun setelah perang tersebut, Nusaibah pun wafat, meninggalkan jejak kepahlawanan yang abadi dalam sejarah Islam.
Dijuluki Singa Merah
Dalam buku Ummi: Sang Ratu Bidadari Surga karya Ambar disebutkan bahwa julukan "Singa Merah" disematkan kepada Nusaibah binti Ka'ab karena keberaniannya yang luar biasa serta keganasannya saat menghadapi musuh di medan perang.
Julukan "Hamraul Asad", yang berarti Singa Merah, tentu bukanlah gelar yang diberikan tanpa makna, gelar ini sarat dengan simbolisme.
Sosok singa menggambarkan karakter Nusaibah sebagai wanita yang gagah berani dan kuat dalam membela Islam. Sedangkan warna merah melambangkan darah perjuangan yang menggambarkan bagaimana ia berjuang hingga titik darah penghabisan demi membela agama Allah SWT.
(hnh/inf)
Komentar Terbanyak
Kisah Wafatnya Nabi Sulaiman AS: Bukti Jin Tidak Mengetahui Hal Ghaib
Makanan Mengandung Babi Bersertifikat Halal Ditarik dari Peredaran
Makanan Mengandung Babi 'Berlabel Halal', BPJPH: Kami Selidiki dan Beri Sanksi