Hal yang jarang diperhatikan dari Al-Qur'an ialah konsistensi dan ketepatannya di dalam pengaturan dan pengurutan kata. Selain konsistensi matematis sebagaimana telah disebutkan dalam artikel terdahulu, juga konsisten di dalam pengurutan kata berdasarkan pertimbangan ilmiah.
Seringkali Al-Qur'an menggambarkan banyak faktor yang terlibat dalam sebuah proses dan faktor-faktor itu ternyata diurut berdasarkan kebenaran ilmiah.
Sebagai contoh, penyebutan fungsi-fungsi panca indera yang disebutkan empat kali terulang di dalam Al-Qur'an tetapi pengurutannya selalu konsisten. Perhatikan ayat-ayat berikut ini:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Q.S. al-Isra'/17: 36).
Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur. (Q.S. al-Mu'minun/23:78).
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan) -Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (Q.S. al-Sajadah/32:9).
Baca juga: Keajaiban Al-Qur'an (33) |
Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati". (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (Q.S. al-Mulk/67:23).
Keempat ayat di atas selalu konsisten menyebutkan pertama pendengaran (al-sam'a), baru penglihatan (al-bashar), kemudian hatii (al-fu'ad). Ternyata memang di antara panca indera yang paling pertama berfungsi bagi seorang bayi yang normal ialah pendengaran atau telinga.
Meskipun mata secara fisik memang sudah ada tetapi bayi pertama lahir tidak langsung bisa melihat. Setelah beberapa hari mata itu baru berfungsi. Sedangkan telinga sang bayi langsung berfungsi. Mungkin itu pula sebabnya mengapa Nabi memerintahkan untuk azan secara pelan-pelan pada telinga kanan dan iqamat pada telinga kiri.
Contoh lain ialah ayat: Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (Q.S. al-Mu'minun/23:14).
Pengurutan proses kejadian reproduksi manusia dalam ayat tersebut terulang juga di dalam beberapa surah lain, namun tetap konsisten sesuai dengan kebenaran ilmiah sebagaimana disebutkan oleh para ilmuan biologi.
Banyak lagi contoh lain, termasuk asal-usul penciptaan alam raya disebutkan berkali-kali tetapi tata urutan penyebutan selalu konsisten sesuai dengan fakta dan kenyataan sesungguhnya pada kejadian itu.
Dengan demikian, ayat-ayat Al-Qur'an bisa menjadi sumber informasi ilmiah terhadap beberapa hal yang masih menjadi perdebatan di kalangan akademisi. Dalam berbagai kasus Al-Qur'an sudah cukup menjadi dalil sains.
Contohnya, apakah virus binatang bisa bermutasi kepada manusia dan apakah mutasinya langsung atau tidak langsung? Ternyata menurut Prof Karl Opitz, seorang ahli sejarah penyakit (medico historicus), virus unta mukjizat Nabi Saleh dalam Q.S. Hud yang memusnahkan kaum Tsamud dan virus yang di bawa burung Ababil dalam Q.S al-Fil yang menghancurkan pasukan Abrahah, adalah informasi sains yang amat berharga.
Baca juga: Misteri Lailah al-Qadr |
Subhanallah.
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
Kisah Wafatnya Nabi Sulaiman AS: Bukti Jin Tidak Mengetahui Hal Ghaib
Makanan Mengandung Babi Bersertifikat Halal Ditarik dari Peredaran
Makanan Mengandung Babi 'Berlabel Halal', BPJPH: Kami Selidiki dan Beri Sanksi