"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki,". (Q.S. al-Maidah/5:6).
Wudhu adalah sesuatu yang amat penting dalam Syariáh Islam. Bahkan wudhu dijelaskan secara terperinci sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas. Meskipun seseorang sudah mandi dengan menggunakan sabun atau shampoo, tetapi jika belum berwudhu tetap dianggap belum bersih untuk menghadap Tuhan di dalam shalat. Ternyata wudhu merupakan shock therapy untuk menciptakan kekhusyukan di dalam shalat. Lebih dari itu, wudhu juga ternyata bisa berfungsi sebagai terapi untuk jenis kesulitan yang dialami seseorang untuk focus. Sehubungan dengan ini, Prof. Rolf Ehrenfels, seorang neurolog sekaligus psikiater tersohor Eropa pernah meneliti peran dan fungsi wudhu dalam Islam. Ia sangat tercengang karena yang harus dibasuh ketika berwudhu ternyata ialah pusat-pusat saraf paling sensitif manusia, yaitu daerah muka, tangan, dan kaki. Dengan membasuh air segar ke tiga daerah itu sangat efektif menurunkan gelombang energy otak dari beta ke alfa.
Selama dalam keadaan pikiran lebih aktif (beta) dipastikan seseorang sulit bisa lebih fokus atau khusyuk pada suatu obyek. Tetapi dengan menurunkan frekuensi gelombang energi otak ke dalam suasana alfa, maka kekhusyukan lebih gampang diperoleh. Yang menarik dari penelitian ini ialah, Ehrenfels merekomendasikan agar tradisi kiranya wudhu bukan hanya miliknya umat Islam tetapi milik universal umat manusia, karena begitu penting arti wudhu di dalam perawatan kesehatan saraf dan mental manusia. Pada akhirnya Ehrenfels menjadi muslim dengan menggunakan nama tambahan Baron Omar Ehrenfels.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Konsisten dan Tepat di dalam Pengaturan |
Lain halnya kalangan ulama tasawuf menganalisis ayat tersebut di atas. Mereka berpendapat bahwa hikmah di balik perintah berwudhu yaitu mencuci sejumlah organ tertentu, ternyata organ-organ tersebut memang yang paling sering melakukan dosa. Contoh membasuh muka yang di situ tersimpan sejumlah panca indera. Kita tidak bisa menghitung berapa orang yang korban dari mulut kita setiap hari, dibohongi, dimaki, dihardik, dibicarakan aibnya, disantet, dan dicium. Belum lagi makanan dan minuman haram yang harus melewati mulut. Mata yang begitu sering tidak terkontrol untuk mengejar objek yang tidak pantas dinikmati, telinga yang lebih banyak digunakan mendengar gosip daripada ikir atau pengajian. Kita tidak tahu berapa banyak tandatangan fiktif yang pernah ditandatangani, siapa saja yang pernah diraba dan diremas, ditunjuk, dan ditinju. Kita juga tidak bisa menghitung kemana kaki ini gentayangan setiap hari. Semua daerah sensitif ini menjadi obyek yang harus dicuci saat kita berwudhu. Ulama fikih menekankan pembasuhan sejumlah anggota badan itu tidak berfikir panjang. Yang penting Allah Swt memerintahkan kita seperti itu maka kita harus melakukannya tanpa reserve.
Jika pembersihan dan penyucian diri secara fisik dan psikis (thaharah) dilakukan lalu diikuti dengan beberapa bentuk shock therapy lainnya maka zona nyaman untuk khusyuk dengan sendirinya terwujud. Memperdengarkan suara azan disunatkan dengan indah dan oleh orang-orang yang memiliki suara merdu. Semua umat yang mendengarkannya diminta sejenak menghentikan aktifitasnya untuk menyimak dan menjawab suara azan. Kita juga diminta menghadap kekiblat dalam keadaan menutup aurat dengan bahan yang bersih. Kesemuanya ini menuntun kita untuk menuju ke zona nyaman untuk khusyuk. Jadi khusyuk tidak ujub-ujub langsung terwujud di dalam diri kita. Sebelumnya harus diawali dengan terwujudnya zona nyaman beragama, zona nyaman beribadah, dan secara khusus dipersiapkan zona nyaman untuk lebih khusyuk.
Baca juga: Misteri Air (2) |
Prof. Nasaruddin Umar
Menteri Agama Republik Indonesia
Imam Besar Masjid Istiqlal
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih - Redaksi)
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
Kisah Wafatnya Nabi Sulaiman AS: Bukti Jin Tidak Mengetahui Hal Ghaib
Makanan Mengandung Babi Bersertifikat Halal Ditarik dari Peredaran
Makanan Mengandung Babi 'Berlabel Halal', BPJPH: Kami Selidiki dan Beri Sanksi