- Profil Singkat Para Kandidat Penerus Paus Fransiskus 1. Kardinal Pietro Parolin, Vatikan 2. Kardinal Pierbattista Pizzabala, Italia 3. Kardinal Luis Antonio Tagle, Filipina 4. Kardinal Peter Turkson, Ghana 5. Kardinal Matteo Zuppi, Italia 6. Kardinal Fridolin Ambongo, Kongo 7. Kardinal Mykola Bychok, Australia 8. Kardinal Peter Erdo, Hungaria 9. Anders Arborelius, Swedia 10. Kardinal Jean-Marc Aveline, Prancis 11. Kardinal Joseph Tobin, Amerika Serikat 12. Kardinal Juan Jose Omella, Spanyol 13. Kardinal Mario Grech, Malta
Meninggalnya Paus Fransiskus pada 21 April 2025 lalu membawa duka mendalam bagi seluruh umat Katolik di seluruh dunia. Ia meninggal dunia di usia 88 tahun. Selain menderita penyakit pneumonia, penyebab kematian Paus Fransiskus yang dirilis resmi oleh Vatikan adalah stroke, gagal jantung hingga koma.
Paus Fransiskus akan dimakamkan pada Sabtu 26 April 2025 di Basilika Santa Maria Maggiore. Setelah dimakamkan, Vatikan siap memilih kepala negara baru yang akan melanjutkan tugas kepausan. Paus baru juga akan berperan sebagai pemimpin spiritual paling berpengaruh di dunia.
Berbagai nama kandidat pengganti Paus Fransiskus sudah muncul ke publik. Mereka berasal dari seluruh penjuru dunia baik Asia, Afrika, Amerika, dan Eropa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu yang disebut menjadi kandidat kuat ternyata berasal dari negara tetangga Indonesia. Ia adalah Kardinal Luis Antonio Tagle.
Yuk ketahui profil singkat para kandidat penerus Paus Fransiskus dirangkum detikEdu dari The Conversation, BBC, The New York Times, dan Majalah Times, Kamis (24/4/2025).
Profil Singkat Para Kandidat Penerus Paus Fransiskus
Dalam pemilihan paus, dikenal sebuah istilah yakni 'Papabile'. Dalam bahasa Italia istilah tersebut berarti "dapat menjadi paus" atau "mampu menjadi paus". Istilah itu biasanya digunakan untuk menggambarkan para kardinal yang dianggap sebagai kandidat kuat yakni:
1. Kardinal Pietro Parolin, Vatikan
Kardinal Pietro Parolin berusia 70 tahun dan kini menjabat sebagai Sekretaris Negara Vatikan. Parolin telah lama menjadi salah satu sosok terdekat dan rekan kerja Paus Fransiskus.
Ia punya peran penting dalam mengupayakan sebuah jalan agar dialog dengan rezim-rezim sulit bisa terjadi. Termasuk Partai Komunis China.
Paus Fransiskus mengangkat Parolin sebagai menteri luar negeri. Sehingga ia mempunyai tanggung jawab mengawasi urusan internal gereja dan mengarahkan kebijakan luar negeri.
Sebagai Menlu Vatikan, Parolin juga adalah Kepala Roman Curia (Kuria Roma). Kuria Roma adalah perangkat administratif Tahta Suci dan pusat pemerintahan Gereja Katolik Roma, yang membantu paus dalam menjalankan tugas kepausan.
Parolin lancar berbahasa Inggris, Prancis, Italia, dan Spanyol. Ia telah berbicara di konferensi internasional tentang konflik Israel-Palestina, perubahan iklim, dan perdagangan manusia.
Parolin dipandang sebagai tokoh beraliran tengah yang dapat menarik minat para kardinal dengan pikiran reformis hingga konservatif. Namun, beberapa pengamat berpendapat ia kurang memiliki kharisma dan kehadiran pastoral seperti kepausan Fransiskus.
2. Kardinal Pierbattista Pizzabala, Italia
Kardinal Pierbattista Pizzabala menjadi salah satu kandidat paus dengan usia yang cukup muda, yakni 60 tahun. Meski lebih muda, Pizzabala memiliki pengalaman luas dalam dialog antaragama di Timur Tengah.
The New York Times menjelaskan Pizzabala merupakan pejabat tinggi Vatikan untuk urusan Timur Tengah sehingga ia punya pengalaman menangani konflik panas di sana.
Ia fasih dalam berbahasa Ibrani dan pengabdiannya di Israel menjadi daya tarik yang tidak terlepaskan. Namun, usianya yang relatif muda justru menimbulkan keraguan. Kardinal Pizzaballa akan menjadi Paus Italia pertama sejak Yohanes Paulus I pada tahun 1978 jika terpilih.
3. Kardinal Luis Antonio Tagle, Filipina
Nama Kardinal Luis Antonio Tagle menjadi salah satu kandidat yang sering disebut-sebut publik. Ia berusia 67 tahun dan memiliki komitmen kuat terhadap keadilan sosial dan kaum miskin.
Tagle disebut mirip Paus Fransiskus dan menjadi salah satu kandidat paling menjanjikan dalam konklaf 2013 yang membuat Fransiskus terpilih. Ia berani dengan tegas menentang pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Filipina. Namun, beberapa kardinal mengkhawatirkan hal ini. Mereka menyebut pandangan politik Tagle yang blak-blakan bisa mempersulit upaya diplomatik gereja.
Akrab dengan nama panggilan "Chito", Tagle diangkat menjadi kardinal oleh Paus Benediktus XVI pada 2012. Ia akan menjadi paus pertama dari Asia Tenggara jika terpilih.
4. Kardinal Peter Turkson, Ghana
Kardinal Peter Turkson berasal dari Ghana dan kini berusia 76 tahun. Ia merupakan tokoh terkemuka selama konklaf terakhir.
Turkson terkenal sebagai sosok yang gigih dalam memperjuangkan keadilan, lingkungan, dan ekonomi. Pengalamannya dalam dunia kepausan tidak main-main lantaran ia pernah menjabat di bawah Paus Benediktus XVI dan Paus Fransiskus.
Diketahui Turkson menjunjung tinggi ajaran tradisional gereja mengenai imam khusus laki-laki, pernikahan, dan seksualitas. Ia juga pendukung kuat masalah transparansi, menentang korupsi, dan membela hak asasi manusia.
5. Kardinal Matteo Zuppi, Italia
New York Times juga menyebutkan nama Kardinal Matteo Zuppi menjadi kandidat paus berikutnya. Ia berasal dari Italia dengan usia 69 tahun dan terlihat menonjol di antara para pesaing lainnya.
Ia mencerminkan pandangan Fransiskus bahwa gereja harus mewakili dan mendukung kaum miskin. Warga asli Roma yang progresif itu diangkat menjadi Kardinal pada tahun 2019 dan menugaskannya ke beberapa misi penting.
Pada 2015, Fransiskus mengangkatnya sebagai Uskup Agung Bologna, salah satu jabatan terpenting di Italia. Di sana dengan sapaan "Don Matteo", ia begitu dikenal dan berhubungan baik dengan masyarakat miskin dan penduduk migran.
6. Kardinal Fridolin Ambongo, Kongo
Kardinal Fridolin Ambongo telah dianggap sebagai calon potensial sejak Fransiskus mengangkatnya menjadi kardinal pada 2019. Ia juga terkenal dekat dengan Paus Fransiskus dan salah satu dari sembilan anggota kelompok penasihat yang dikenal sebagai Dewan Kardinal.
Namun, Ambongo disebut menentang keputusan Fransiskus pada tahun 2023. Sebuah keputusan yang menyatakan gereja harus memberkati pasangan homoseksual.
7. Kardinal Mykola Bychok, Australia
Meski kurang dikenal, Kardinal Mykola Bychok dari Melbourne Australia disebut The Conversation layak dipertimbangkannya. Ia merupakan seorang paus berkebangsaan Ukraina-Australia yang akan mengirim pesan kuat tentang kepedulian gereja kepada orang-orang dan perdamaian global.
8. Kardinal Peter Erdo, Hungaria
Kardinal Peter Erdo berasal dari Hungaria dengan usia 72 tahun. Ia seorang pakar hukum yang diperkirakan akan membawa aliran konservatisme Paus Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI.
Paus Yohanes Paulus II mengangkatnya menjadi uskup agung Esztergom-Budapest pada 2002 dan tahun berikutnya diangkat menjadi kardinal di usia 50 tahun. Ia merupakan kardinal termuda saat itu.
Ia terkenal sebagai diplomat yang cerdik dan mampu membangun hubungan dengan umat Katolik di Amerika Latin dan Afrika. Erdo menentang perceraian bagi umat Katolik dan menentang penerimaan pendatang migran.
Dalam wawancarannya di 2019 dengan Robert Moynihan dari majalah Inside the Vatican, Kardinal Erdo berbicara tentang perlunya 'menjaga api' iman Kristen tradisional di dunia yang semakin sekuler.
9. Anders Arborelius, Swedia
Uskup Agung Anders Arborelius merupakan kardinal Katolik pertama di Swedia. Ia memeluk agama Katolik pada usia 20 tahun dan kini berusia 75 tahun.
Arborelius diangkat menjadi kardinal oleh Fransiskus pada 2017. Pengangkatannya sebagai upaya untuk menjangkau negara-negara yang memiliki umat Katolik, tetapi minoritas.
Ia merupakan anggota ordo religius Karmelit dan menyatakan dukungannya terhadap masyarakat migran. Namun, ia menolak melakukan pemberkatan kepada pasangan sesama jenis.
10. Kardinal Jean-Marc Aveline, Prancis
Times Magazine menyebutkan nama Kardinal Jean-Marc Aveline dalam daftar kandidat paling potensial yang akan menggantikan Paus Fransiskus. Berusia 66 tahun, ia terkenal dengan dukungannya terhadap penduduk migran.
Aveline memiliki gelar doktor dalam bidang ilmu teologi. Laporan Dewan Kardinal menyebutkan ia merupakan sosok calon penerus 'favorit' Paus Fransiskus.
Tidak seperti Fransiskus, Aveline menyatakan kehati-hatian pada masalah pemberkatan bagi pasangan sesama jenis.
11. Kardinal Joseph Tobin, Amerika Serikat
Joseph Tobin adalah kandidat dengan pengaruh besar di Amerika Serikat (AS). Tobin telah menyerukan dukungan yang besar bagi kaum Katolik LGBTQ+, perempuan di gereja, dan para penduduk migran.
Ia bahkan tak ragu menentang Gubernur Indiana kala itu, Mike Pance atas upaya politisi untuk menghentikan pemukiman para pengungsi Suriah. Tobin pernah bekerja sebagai wakil komandan kantor Vatikan sebelum menjabat sebagai Uskup Agung Newark, New Jersey.
12. Kardinal Juan Jose Omella, Spanyol
Juan Jose Omella bekerja sebagai penasihat Paus Fransiskus sebelum ia meninggal. Kardinal asal Spanyol ini mendapat gelar kardinal setahun setelah diberi gelar uskup agung.
Ia terkenal menjadi sosok yang menentang keras aborsi dan memiliki kontroversi. Salah satunya kala Omella berkomentar tentang laporan pelecehan seksual di dalam Gereja Katolik, Spanyol.
Menurutnya data yang disampaikan adalah kebohongan. Kendati demikian ia menyatakan tidak akan lelah meminta maaf kepada korban dan mengupayakan kesembuhan mereka.
13. Kardinal Mario Grech, Malta
Awalnya dianggap konservatif, Grech kini menjadi sosok terdepan dalam mendorong reformasi yang diinisiasi Paus Fransiskus. Pada tahun 2014, ia menyerukan sikap yang lebih terbuka terhadap umat Katolik LGBTQ+, pidatonya itu juga dipuji oleh Fransiskus. Perannya yang menonjol di Vatikan dan hubungan baik dengan lintas faksi membuatnya berada dalam posisi yang kuat untuk menduduki takhta tertinggi.
Itulah beberapa calon potensial pengganti Paus Fransiskus. Proses pemilihannya akan dilakukan pada agenda konklaf yang dimulai pada 15-20 hari setelah kematian paus.
(det/nwk)