Raja Muslim Kaya yang Bagi-bagi Emas saat Perjalanan Haji, Siapa Dia?

Raja Muslim Kaya yang Bagi-bagi Emas saat Perjalanan Haji, Siapa Dia?

Anisa Rizki Febriani - detikHikmah
Minggu, 13 Apr 2025 15:58 WIB
Ilustrasi emas
Ilustrasi emas (Foto: Getty Images/traffic_analyzer)
Jakarta -

Ada seorang raja muslim yang membagi-bagikan emas dalam perjalanan hijrahnya. Ia merupakan penguasa Afrika Barat yang hidup pada abad ke-14.

Melansir dari BBC, raja tersebut bernama Mansa Musa. Seorang guru besar sejarah di Universitas California bernama Rudolph Butch Ware menggambarkan bahwa kekayaan raja muslim tersebut mustahil untuk dihitung.

"Jumlah kekayaan musa jika dihitung di masa kini sungguh luar biasa sampai-sampai hampir mustahil untuk benar-benar memahami betapa kaya dan berkuasanya ia saat itu," ungkapnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa sejarawan yang memperkirakan kekayaan Mansa Musa. Pada 2012, situs web AS Celebrity Net Worth memperkirakan jumlah kekayaan Musa berada di angka US$400 miliar atau sekitar Rp5,72 kuadriliun.

Walau ditemukan angka perkiraan, sejarawan ekonomi satu suara bahwa kekayaannya tak mungkin dinominasi ke dalam angka.

ADVERTISEMENT

Cerita Raja Mansa Musa Bagi-bagi Emas saat Singgah di Mesir

Mengutip buku Peradaban Afrika yang ditulis N. Fardhilah disebutkan bahwa Raja Mansa Musa memulai perjalanan hajinya pada tahun 1324- 1326 Masehi.

Ketika Raja Mansa Musa hendak pergi ke Makkah untuk berhaji, ia sempat singgah di Kairo. Tanpa ragu-ragu, raja muslim terkaya itu membagikan emasnya kepada warga Kairo.

Dikatakan, raja Mansa Musa membawa perbekalan emas yang sangat banyak. Unta-unta yang ia bawa bersama para pendampingnya mengangkut ratusan kilogram emas murni.

Kathleen Bickford Berzock seorang spesialis seni Afrika di Block Museum of Art di Universitas Northwestern menjelaskan bahwa pusat-pusat perdagangan besar yang menggunakan emas dan komoditas lain sebagai alat tukar juga berada di daerah kekuasaan Mansa Musa. Ia memperoleh kekayaan dari aktivitas perdagangan tersebut.

Raja muslim itu dikabarkan bertolak dari kerajaannya yang bernama Mali dengan rombongan sebanyak 60.000 orang. Mansa Musa juga membawa serta seluruh pejabat, hakim-hakim kerajaan, pasukan tentara, pedagang, penunggang unta dan 12.000 budaknya. Begitu juga dengan serombongan kambing dan sapi untuk persediaan makanan mereka.

Mansa Musa singgah di Kairo selama tiga bulan. Tetapi, imbas dari singgahnya Mansa Musa yaitu hancurnya perekonomian Kairo selama 10 tahun.

Lucy Duran dari School of African and Oriental Studies di London mencatat bahwa para penghibur Mali yang merupakan pendongeng balada sejarah, khususnya, marah terhadap Mansa Musa.

"Ia membagikan terlalu banyak emas sepanjang perjalanan hingga para penghibur tak mau memuja-mujinya lagi dalam nyanyian mereka karena mereka berpikir bahwa ia menghambur-hamburkan sumber daya alam lokal di luar kerajaan," terangnya.

Perjalanan haji Mansa Musa kemudian menjadi bagian dari sejarah. Kedermawanannya membagikan emas membuat Mansa Musa dan Kerajaan Mali dikenal luas.

Pada abad ke-19, orang-orang dari berbagai penjuru mendatangi Timbuktu. Mereka ingin membuktikan mitos kota emas yang hilang di ujung dunia. Hal itu masih terus berlangsung, bahkan 500 tahun sejak Mansa Musa berkuasa.




(aeb/lus)

Hide Ads