Pemerintah Kabupaten Sidoarjo menertibkan puluhan bangunan liar (bangli) yang berdiri di atas saluran air di Desa Gemurung, Kecamatan Gedangan. Langkah ini dilakukan untuk memperlancar normalisasi saluran yang selama ini tersumbat dan memicu banjir di kawasan tersebut.
Kepala Satpol PP Kabupaten Sidoarjo, Yani Setyawan menyebut, total ada 22 bangli di atas saluran air yang dibongkar. Dari jumlah tersebut, 13 di antaranya telah dibongkar mandiri oleh pemiliknya.
"Jumlah banglinya ada 22, sekarang sisa 9 yang belum dibongkar karena masih ada penghuninya. Hari ini kita tertibkan yang sudah dibongkar mandiri. Ada yang bongkar sendiri, ada juga yang sempat minta ganti rugi, tapi kami tidak punya anggaran untuk itu," kata Yani, Senin (29/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yani menjelaskan, program penertiban ini sebenarnya sudah direncanakan sejak lama, bahkan sejak masa kepemimpinan bupati sebelumnya. Namun warga enggan pindah meskipun sudah ada arahan untuk membongkar bangunan masing-masing.
"Ini kan lahan saluran air. Selama bangunan masih berdiri, normalisasi nggak bisa dilakukan. Akibatnya air dari perumahan sekitar nggak bisa mengalir, jadi banjir," jelasnya.
Penertiban dilakukan secara bertahap. Untuk tahap pertama, ditargetkan sepanjang sekitar 200 meter saluran bisa dibersihkan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Sidoarjo, Dwi Eko Saptono, menambahkan penertiban ini merupakan upaya bersama antara Dinas PU dan Dinas SDA untuk mengatasi potensi banjir di wilayah timur Sidoarjo.
"Penertiban ini kita lakukan karena memang bangunan berdiri di atas saluran. Tahun ini kami belum sempat bersihkan salurannya, makanya kita ajukan izin ke bupati untuk penertiban ini. Targetnya dua hari pembongkaran, lalu dilanjutkan dengan normalisasi," kata Dwi Eko.
Warga terdampak berharap adanya relokasi. Salah satunya Mahkur (40), penjual nasi bebek yang sudah 14 tahun berjualan di lokasi tersebut. Ia mengaku kaget dengan pembongkaran yang dinilai mendadak.
"Kami ini cari nafkah buat keluarga. Anak masih tiga sekolah. Harapan kami bisa dikasih tempat relokasi untuk tetap bisa jualan," ujar Mahkur.
Senada, Sulaiman (38), penjual minuman, menyebut sebelumnya sudah ada pemberitahuan, namun waktunya sangat mendadak.
"Kami cukup sedih karena bedak yang saya tempati ini merupakan satu-satunya penghasilan utama buat keluarga," kata Sulaiman.
(auh/hil)