- 1. Kurikulum 1947 (Rentjana Pelajaran 1947)
- 2. Kurikulum 1953 (Rentjana Pelajaran Terurai 1952)
- 3. Kurikulum 1964 (Rentjana Pendidikan 1964)
- 4. Kurikulum 1968
- 5. Kurikulum 1975
- 6. Kurikulum 1984
- 7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
- 8. Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi - KBK)
- 9. Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan - KTSP)
- 10. Kurikulum 2013
- 11. Kurikulum Merdeka
Salah satu faktor pendukung dalam jalannya pendidikan di Indonesia adalah kurikulum. Kurikulum pendidikan sangat penting karena menjadi acuan bagi tenaga pendidik serta kompetensi yang harus diajarkan kepada para siswa.
Menurut KBBI, kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diajarkan di lembaga pendidikan, yang berisi uraian bidang studi yang terdiri atas berbagai macam mata pelajaran yang disajikan secara kait-mengait.
Sejak tahun 1947 hingga 2024, Indonesia telah mengalami sebelas kali perubahan kurikulum pendidikan. Penasaran dengan perubahan-perubahan tersebut? Simak artikel berikut ini!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kenapa Saat Jalan Tangan Ikut Berayun? |
1. Kurikulum 1947 (Rentjana Pelajaran 1947)
Kurikulum ini menjadi kurikulum pertama di Indonesia yang lahir pada masa kemerdekaan. Kurikulum ini lebih bersifat politis karena ingin mengubah orientasi pendidikan Belanda yang telah lama diterapkan di Indonesia, menjadi pendidikan yang berfokus pada kepentingan nasional.
Kurikulum ini tidak menekankan pada pendidikan pikiran, melainkan berfokus pada pembentukan watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat. Meskipun Kurikulum ini disahkan pada 1947, pelaksanaannya baru efektif pada 1950.
2. Kurikulum 1953 (Rentjana Pelajaran Terurai 1952)
Kurikulum ini mulai mengarah pada sistem pendidikan nasional, dengan ciri-ciri bahwa setiap pelajaran memperhatikan isinya dan harus berkorelasi dengan kehidupan sehari-hari. Guru mengajarkan satu mata pelajaran, serta terdapat kelas keterampilan khusus untuk masyarakat, seperti pelajaran tentang pertanian, pertukangan, dan perikanan.
3. Kurikulum 1964 (Rentjana Pendidikan 1964)
Kurikulum ini membagi pelajaran menjadi 5 kelompok, yaitu moral, kecerdasan, emosional/artistik, keterampilan, dan jasmani. Tujuannya adalah agar masyarakat mendapatkan pengetahuan akademik yang dapat mengembangkan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral.
4. Kurikulum 1968
Kurikulum ini bersifat politis, menggantikan Kurikulum 1964 yang dinilai lebih berpihak pada Orde Lama. Kurikulum 1968 menekankan pada pendekatan organisasi materi pelajaran, dengan fokus pada pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Mata pelajaran yang diajarkan berjumlah 9.
5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 1968. Kurikulum ini lebih efisien dan efektif, dengan rencana pelajaran untuk setiap satuan bahasan menggunakan pendekatan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
6. Kurikulum 1984
Kurikulum ini lebih memfokuskan pada siswa sebagai subjek belajar, di mana siswa diharapkan mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan hasilnya. Metode ini dikenal sebagai Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL).
7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Pada kurikulum ini, materi muatan lokal sudah diakomodasi dan disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, seperti pelajaran bahasa daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.
8. Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi - KBK)
Kurikulum ini berfokus pada Basis Kompetensi, yang terdiri dari tiga unsur pokok. Di antaranya pemilihan kompetensi yang sesuai, spesifikasi indikator evaluasi untuk mengukur keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan pembelajaran.
9. Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan - KTSP)
Kurikulum ini mirip dengan kurikulum sebelumnya, tapi lebih menekankan pada desentralisasi pendidikan. Guru diharapkan mampu mengembangkan sendiri silabus dan metode penilaian yang sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya.
10. Kurikulum 2013
Kurikulum ini menyempurnakan kurikulum sebelumnya dengan menekankan pada 3 aspek penilaian. Yakni pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta perilaku. Diharapkan siswa dapat lebih produktif, kreatif, inovatif, dan memiliki sikap yang baik melalui pengamatan, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
11. Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum nasional yang saat ini digunakan di Indonesia. Diperkenalkan pada Februari 2022 oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim.
Kurikulum ini membawa perubahan besar. Kurikulum Merdeka menawarkan pilihan pembelajaran intrakurikuler yang beragam, yang memungkinkan siswa untuk lebih leluasa mengeksplorasi minat dan bakat mereka.
(nor/nor)