Sulit Cuci Darah, 400+ Pasien Gagal Ginjal di Gaza Meninggal Selama 18 Bulan

Sulit Cuci Darah, 400+ Pasien Gagal Ginjal di Gaza Meninggal Selama 18 Bulan

Khadijah Nur Azizah - detikKalimantan
Senin, 28 Apr 2025 12:00 WIB
Wasem Attiya pushes his father, Mohamed, 54, in a wheelchair as they head to Shifa hospital in Gaza City for a dialysis session, Monday, April 14, 2025. (AP Photo/Jehad Alshrafi)
Pasien gagal ginjal di Gaza. Foto: AP/Jehad Alshrafi
Gaza -

Pasien gagal ginjal di Gaza mengalami situasi sulit. Tanpa adanya penyerangan saja, mereka sudah menanggung beban penyakit dan harus rutin cuci darah. Dengan adanya konflik, para pasien ini semakin kesulitan cuci darah. Alhasil, tercatat ratusan pasien telah meninggal selama 18 bulan terakhir.

Dilansir detikHealth, kondisi memprihatinkan masih dialami oleh pasien gagal ginjal yang bertahan hidup. Salah satunya Mohamed Attiya (54) yang harus rutin ke Rumah Sakit Shifa untuk dialisis. Dia harus menempuh perjalanan cukup jauh dari tempat penampungan di bagian barat Gaza.

Attiya telah menjalani dialisis sejak divonis gagal ginjal 15 tahun yang lalu. Namun, perawatan menjadi terbatas karena kerusakan akibat perang dan kurangnya persediaan. Ayah enam anak itu kesulitan membuang semua produk limbah dari darahnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu hanya menghidupkan Anda kembali dari kematian," kata Attiya kepada APNews.

Korban tewas di Gaza tak cuma karena adanya tembakan atau serangan. Para pasien ini meninggal memang karena penyakit mereka yang tidak tertangani dengan baik. Dilaporkan lebih dari 400 pasien meninggal selama konflik dalam 18 bulan karena kurangnya perawatan. Angka tersebut mewakili sekitar 40 persen dari semua kasus dialisis di wilayah Gaza.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut enam dari tujuh pusat dialisis di Gaza hancur selama perang. Sebelum genosida terjadi, wilayah itu memiliki 182 mesin dialisis. Sekarang tersia 102 mesin saja. Dua puluh tujuh di antaranya berada di Gaza utara, tempat ratusan ribu orang bergegas pulang selama gencatan senjata dua bulan.

"Kekurangan peralatan ini diperburuk oleh nolnya persediaan obat ginjal," kata WHO.

Dr. Ghazi al-Yazigi, kepala departemen nefrologi dan dialisis RS Shifa, mengatakan sedikitnya 417 pasien gagal ginjal meninggal di Gaza selama perang karena kurangnya perawatan yang tepat. Attiya dan ratusan pasien dialisis di seluruh Gaza kini terpaksa menerima sesi yang lebih sedikit dan lebih pendek setiap minggu.

"Hal ini menyebabkan komplikasi seperti peningkatan kadar racun dan akumulasi cairan yang dapat menyebabkan kematian," kata al-Yazigi.




(des/des)
Hide Ads