Di tengah gempuran media sosial, konten atau berita negatif sangat mudah menyebar. Bukannya memicu pemikiran kritis, tetapi konsumsi banyak berita negatif dapat memicu lelah mental.
Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh psikolog klinis, Pamela Andari Priyudha M Psi. Menurutnya, fenomena doom scrolling atau seringnya anak muda menggulir berita negatif perlu dihindari.
"Ketika seseorang merasa tidak berdaya, mereka bisa mengalami learned helplessness yaitu kondisi di mana merasa tidak mampu mengubah situasi meskipun sebenarnya ada peluang. Ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan apatisme, frustasi, dan depresi secara kolektif," jelas Pamela dikutip dari laman Universitas Gadjah Mada (UGM), Kamis (10/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga melihat banyak anak muda yang belum bisa mencari dan menyeleksi informasi dengan baik sehingga terjebak dalam kecemasan. Tak sedikit konten yang dibaca tidak berdasarkan pada fakta.
"Saya kira penting bagi individu, institusi pendidikan, serta komunitas sosial untuk secara aktif memberikan edukasi yang berkelanjutan mengenai literasi digital dan keterampilan pengelolaan emosi, guna membentuk masyarakat yang lebih resilien dan siap secara psikologis dalam menghadapi tekanan informasi di era digital yang serba cepat ini," tuturnya.
Bahaya Terpapar Konten Negatif: Stres-Apatisme
Konsultan sekaligus psikolog, Charies R Chaffin Ed D mengungkap efek buruk sering terpapar konten negatif bisa membuat stres bahkan mati rasa. Hal ini merupakan paradoks.
Bukannya mencari solusi atas permasalahan yang diberitakan, orang yang sering mengkonsumsi berita negatif akan menjadi tidak peka. Ini adalah respons dari perasaan mereka yang tak berdaya mengubah situasi tersebut.
"Paradoks ini terlalu kewalahan dan tidak terlibat dapat menyebabkan kelelahan dalam mengambil keputusan, stres , dan perasaan tidak berdaya secara keseluruhan," kata Chaffin dilansir dari Psychology Today.
Sebuah studi juga menunjukkan bahwa doom scrolling dapat memicu kecemasan dan depresi. Semakin banyak mengkonsumsinya, seseorang semakin sulit memahami hingga menimbulkan persepsi menyimpang.
Tips Mengatasi Kelelahan Mental Akibat Berita Negatif
1. Jangan Mudah Bereaksi terhadap Informasi
Langkah pertama agar tidak terpapar efek negatif sebuah pemberitaan menurut Pamela adalah tidak mudah bereaksi terhadap informasi, apalagi yang belum terverifikasi.
Pamela menyarankan untuk mencari informasi lain yang sumbernya lebih kredibel. Upaya ini bertujuan agar membangun sudut pandang yang objektif.
"Penting untuk mengedepankan logika dan bersikap objektif. Selalu cari tahu dari berbagai sumber, jangan hanya mengandalkan satu sudut pandang," ujarnya.
2. Konsumsi Konten yang Positif
Untuk mencegah dampak negatif berita buruk lainnya adalah dengan mencari berita sebaliknya. Pamela menyebut berita positif yang membangun dapat membuat suasana hati menjadi stabil dan lebih optimis.
Kemudian hindari juga topik-topik yang mengganggu secara emosional. Misalnya konflik politik atau isu sosial yang dapat memicu reaksi berlebihan dari masyarakat.
3. Self Control
Berita-berita negatif tak bisa kita kontrol keberadaannya. Namun, kita sendiri yang bisa mengontrol tindakan seperti apa yang akan dilakukan setelah berita negatif muncul.
Dalam psikologi, teknik ini dinamakan self control. Menurut Pamela, seseorang harus menyadari batasan antara apa yang bisa dikendalikan dan tidak.
"Kita harus menyadari batasan antara hal-hal yang dapat kita kendalikan dan yang berada di luar kendali kita. Fokus pada peran dan tanggung jawab yang bisa dijalankan akan membantu menjaga semangat dan rasa optimisme," kata Pamela.
Adapun cara membantu seseorang yang tengah lelah psikologis akibat konten negatif adalah dengan memahami kondisi mereka. Kita bisa jadi pendengar atau penghubung antara orang yang mengalami dengan tenaga profesional.
"Sadari, mungkin mereka butuh didengarkan dan dipahami tanpa diberikan penilaian atau non-judgemental atas keresahan-keresahan yang muncul akibat banjirnya berita negatif yang diterima," ujarnya.
(cyu/nwk)